Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa DIY Apresiasi AYWS Buka Program Bahasa Mandarin

SLEMAN – Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Antonius Simon, menyambut dengan penuh apresiasi inisiatif Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) yang akan membuka program pembelajaran Bahasa Mandarin mulai tahun ajaran 2025/2026.

Menurut Simon, langkah ini tidak hanya strategis, tetapi juga mencerminkan visi besar Ketua Yayasan Asram, Drs. H.A. Hafidh Asrom, M.M., dalam mempersiapkan generasi unggul yang memiliki wawasan global.

“Ini adalah langkah maju yang sangat penting,” ujar Simon saat ditemui usai acara Kajian tentang China di Kampus 1 AYWS, Sleman, Sabtu (17 Mei 2025).

Simon menekankan bahwa Bahasa Mandarin bukan hanya bahasa nasional Tiongkok, tetapi juga salah satu bahasa internasional yang paling banyak digunakan di dunia. Mengajarkan Bahasa Mandarin sejak dini, menurutnya, akan membuka cakrawala para siswa untuk mengenal serta memahami lebih dalam kebudayaan dan kemajuan Tiongkok.

Berpengalaman menjalin hubungan erat dengan dunia pendidikan di China, Simon menyampaikan bahwa perkembangan pesat negeri Tirai Bambu selama beberapa dekade terakhir merupakan bukti keberhasilan pembangunan sumber daya manusia mereka. Kunci keberhasilan itu, katanya, terletak pada perpaduan antara modernisasi dan pelestarian nilai-nilai tradisional.

“China sudah sangat modern. Dalam banyak aspek seperti ekonomi dan teknologi, mereka bahkan telah melampaui sejumlah negara maju. Namun, yang menarik, mereka tetap menjaga akar budayanya. Tradisi tetap dilestarikan. Di sisi lain, mereka juga sangat disiplin. Anak-anak di sana sejak dini diajarkan nilai-nilai seperti antikorupsi dan kedisiplinan,” ujar Simon.

Bagi Simon, keputusan AYWS membuka program Mandarin menunjukkan pendekatan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, melainkan juga pembentukan karakter dan wawasan budaya. Ia menyoroti keseimbangan pendidikan di AYWS yang mengintegrasikan penguatan aspek jasmani, rohani, akademik, serta moral dan etika.

Baca Juga  SD Islam Al Azhar 59 Wonosari Mantapkan Diri Sambut Tahun Ajaran 2025/2026

“Ini penting. Dunia saat ini membutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki karakter yang kuat. Saya melihat AYWS memberikan perhatian besar pada pendidikan moral dan akhlak, yang merupakan pondasi penting dalam menghadapi arus globalisasi,” tambahnya.

Sahabat Seperjuangan Sejak Era ’80-an

Simon mengungkapkan bahwa ia memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Hafidh Asrom. Keduanya bersahabat sejak lama dan pernah aktif bersama dalam organisasi sosial Paguyuban Mitra Masyarakat Yogyakarta (Pamitra), yang berdiri sejak tahun 1980-an. Organisasi ini dikenal sebagai forum lintas etnis dan budaya yang memperkuat kebersamaan serta kolaborasi antarkomunitas di Yogyakarta.

Pada masa krisis ekonomi tahun 1989, organisasi ini aktif melakukan kegiatan sosial ekonomi guna membantu masyarakat yang terdampak.

“Pak Hafidh Asrom adalah sosok dengan pandangan jauh ke depan. Di Pamitra, kami pernah bekerja sama dengan berbagai tokoh penting seperti GBPH Prabukusumo, Eddy Susanto, Totok Daryanto, Herry Zudianto, Eddy Suandi Hamid, dan lainnya,” kenang Simon.

Dalam perjalanan persahabatannya, Simon mengakui Hafidh Asrom sebagai pribadi yang ulet, disiplin, teliti, memiliki pergaulan luas, dan tangguh terutama dalam dunia bisnis.

Sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa DIY, Simon juga kerap menjadi penghubung dalam bidang pendidikan antara Indonesia dan Tiongkok. Ia aktif membantu proses penerimaan beasiswa dari pemerintah China bagi mahasiswa asal Yogyakarta, mencakup jenjang S1, S2, hingga S3 di berbagai universitas ternama.

“Saya memiliki hubungan baik dengan Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia. Selama ini, kami membantu memfasilitasi mahasiswa dari Yogyakarta untuk melanjutkan studi ke China. Mereka belajar tidak hanya aspek akademik, tetapi juga budaya dan kehidupan sosial yang sangat disiplin,” jelasnya.

Baca Juga  OSIS SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari Gaungkan Semangat Kartini Lewat KARPEDIK

Simon berharap pembukaan program Mandarin di AYWS dapat berkembang ke arah yang lebih luas, seperti pertukaran pelajar, program sister school, hingga kunjungan budaya. Menurutnya, hal ini akan membuka wawasan siswa terhadap perkembangan global secara lebih mendalam.

Dengan semakin kuatnya posisi China di kancah internasional, Bahasa Mandarin kini menjadi bahasa kunci di berbagai sektor seperti bisnis, diplomasi, teknologi, dan pendidikan. Kebijakan AYWS memperkenalkan Bahasa Mandarin sejak dini dipandang sebagai strategi jangka panjang dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan dan peluang abad ke-21.

“Ini bukan semata-mata soal belajar bahasa, tetapi juga tentang memahami cara berpikir bangsa lain, menghargai budaya, dan membentuk karakter global yang toleran,” tegas Simon.

Langkah AYWS ini diyakini akan menjadi inspirasi bagi lembaga-lembaga pendidikan lain di Indonesia. Di tengah dunia yang kian terhubung, lembaga pendidikan dituntut untuk tidak hanya mencetak lulusan berdaya saing lokal, tetapi juga warga dunia yang siap membawa nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan ke tingkat global.

Al Azhar Yogyakarta World Schools, melalui kebijakan ini, telah menunjukkan kesiapannya dalam menjawab tantangan tersebut. (Chaidir)