YOGYAKARTA – Di panggung megah Ballroom Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta, Sabtu pagi (24 Mei 2025), kilau lampu dan suara bahagia menjadi saksi bisu perjalanan akhir masa putih abu-abu Ozora Nirwasita Oentarjo. Ia berdiri tegap di tengah sorotan, bukan sekadar sebagai lulusan, melainkan sebagai perwakilan suara dan hati teman-temannya dalam momen paling emosional yakni Akhirussanah Angkatan IX SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta.
Hari itu bukan sekadar seremoni. Hari itu adalah puncak dari tiga tahun perjuangan, ketekunan, dan doa. Dan untuk Ozora, hari itu juga menjadi panggung penghormatan terakhir bagi seseorang yang tak bisa hadir secara fisik—ayah tercinta yang telah berpulang sebulan sebelumnya.
Mengenakan kebaya anggun dengan wajah tenang dan senyum hangat, Ozora tampil memberikan sambutan mewakili seluruh angkatan. Suaranya lembut namun penuh keyakinan, menciptakan suasana haru sekaligus kagum dari ratusan tamu undangan, termasuk Pendiri Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta sekaligus Ketua Yayasan Asram/BPPH Al Azhar Yogyakarta Drs HA Hafidh Asrom MM serta para pejabat tinggi lainnya.
“Tidak ada kata terima kasih yang cukup untuk membayar jerih payah bapak dan ibu guru semuanya, sehingga kami dapat lulus dari sekolah dengan baik,” ucapnya, menundukkan kepala sejenak sebagai simbol penghormatan. Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas kekhilafan para siswa selama proses pembelajaran.
Namun suasana berubah senyap seketika ketika Ozora melafalkan ucapan terima kasih kepada kedua orang tuanya. Wajahnya mulai bergetar, suaranya sempat terhenti. “Khusus untuk ayah yang telah lebih dulu berpulang ke rahmatullah pada 19 April 2025 lalu…” ucapnya, kemudian diam beberapa detik, menahan tangis.
Ruang ballroom yang sebelumnya ramai seolah membeku. Beberapa hadirin terlihat menunduk, beberapa lagi mengusap mata. Namun Ozora tetap tegar, melanjutkan, “…izinkan saya mempersembahkan pencapaian ini sebagai wujud rasa cinta dan rindu yang tak terhingga. Meski ayah tidak hadir secara fisik di sini, saya yakin ayah tersenyum bangga melihat langkah saya hari ini.”
Empat Penghargaan, Empat Simbol Perjalanan Panjang
Ozora tak hanya berbicara mewakili teman-temannya. Ia juga keluar dari panggung sebagai sosok yang paling banyak mendapatkan penghargaan dalam Akhirussanah kali ini. Empat penghargaan yang ia bawa pulang bukan sekadar simbol prestasi, tetapi juga perjalanan panjang penuh kedisiplinan dan integritas.
Ia menerima penghargaam sebagai Siswa Terdisiplin Adab dan Akhlaq, Siswa dengan Sertifikat Terbanyak, SKL Tertinggi di Kelas XII IPS 1, dan Siswa Terloyal di Al Azhar Yogyakarta. “Saya sama sekali tidak menduga akan mendapatkan empat penghargaan,” ujarnya usai acara, matanya masih berbinar. Rasa campur aduk tercermin dari wajahnya yang cantik. Senang, terharu, dan sekaligus merasa kehilangan, karena ingin sekali bisa menunjukkan semua ini ke ayah.
Ozora dikenal sebagai siswa yang konsisten, telaten, dan aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Ia tak hanya bersinar di kelas, tetapi juga aktif dalam kegiatan organisasi, pembinaan karakter, dan berbagai lomba.
Satu Angkatan, Banyak Bintang
Selain Ozora, sejumlah siswa juga memperoleh penghargaan membanggakan yaitu Ahmad Naufal Farid Muzaki (XII IPS 1) dan Alwiyah Amanda Nailah (XII MIPA 2) untuk kategori Hafalan Terbaik. Satria Wicaksana (XII MIPA 1) sebagai siswa dengan adab dan akhlak terpuji. Deral Basam Prasetya (XII IPS 1) sebagai Murid Entrepreneur Muda atas inisiasinya dalam kesuksesan Almondfest, konser skala nasional yang diselenggarakan oleh sekolah. Luna Aisyah Rambe (XII MIPA 1) mencatatkan nilai tertinggi SKL dengan 94,79 poin.
Penghargaan-penghargaan ini menunjukkan bahwa SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta bukan hanya mencetak siswa cerdas, tetapi juga berkarakter dan berbakat dalam berbagai bidang.
Akhir Bukanlah Titik, Melainkan Awal Baru
Dalam penutupan pidatonya, Ozora menyampaikan pesan menyentuh untuk teman-teman seperjuangannya. “Berat rasanya mengucapkan perpisahan setelah sekian lama kita berjuang, belajar, dan menimba ilmu bersama-sama di almamater kita tercinta. Semoga kita semua dapat melanjutkan perjuangan ini ke tingkat berikutnya. Bawalah nama baik sekolah kita ini di mana pun kita berada.”
Kata-kata itu terasa bukan sekadar harapan, tapi amanat. Dari seorang teman kepada sesama sahabat. Dari seorang anak bangsa yang siap melangkah, meski tanpa tangan ayah yang menggandeng.
Wisuda selalu menjadi titik penting dalam perjalanan siswa. Namun bagi Ozora, itu lebih dari sekadar seremoni. Itu adalah perayaan kasih sayang orang tua, penghormatan bagi guru, dan kesetiaan terhadap almamater.
Dengan empat penghargaan yang ia genggam dan kenangan ayah di dalam hati, Ozora Nirwasita Oentarjo tidak hanya menutup lembar SMA-nya dengan gemilang, tetapi juga membuka babak baru kehidupannya dengan keberanian dan harapan yang besar. (Chaidir)