Kentongan Peradaban di Hari Pertama Sekolah SMA Islam Azhar 9 Yogyakarta

SLEMAN – Senin pagi, 14 Juli 2025, menjadi momen penuh makna bagi keluarga besar SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta. Di bawah langit cerah, para guru, siswa baru, dan kakak kelas berkumpul di lapangan upacara. Hari pertama sekolah tahun ajaran 2025/2026 ini bukan sekadar rutinitas, melainkan pembuka semangat baru, dibingkai dalam upacara bendera yang sarat makna dan simbol kebangkitan.

Upacara ini sekaligus menjadi pembukaan resmi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Wajah-wajah penuh harapan tampak antusias mengikuti setiap rangkaian acara. Para siswa baru berdiri rapi, menyimpan semangat, tanya, dan cita-cita dalam hati masing-masing.

Dalam amanatnya, Kepala Satuan Pendidikan, Agung Widiyantoro MPd, menyampaikan apresiasi kepada siswa yang tetap aktif dan produktif selama liburan. “Ini menunjukkan bahwa kerja keras tidak mengenal waktu. Kalian adalah generasi yang tidak menunggu, tapi menjemput masa depan,” ujarnya penuh semangat.

Namun, yang paling membekas dari pagi itu adalah simbol pembuka MPLS yang tak biasa yakni dibunyikannya kentongan tradisional. Di tengah era digital, kentongan menjadi isyarat kuat bahwa nilai-nilai budaya dan kearifan lokal tetap relevan dalam pendidikan modern. Dentangnya membawa kode “doromuluk” – tanda aman, namun tetap harus waspada.

Filosofi kentongan ini menggugah bahwa teknologi memang mempermudah hidup, tapi tak boleh menggerus etika dan tanggung jawab. Murid-murid diajak menjadi pribadi yang sadar dan bijak, tidak mudah larut dalam kemudahan instan.

Kepala sekolah juga menyinggung bahaya penggunaan gadget secara berlebihan. “Jika tak dikendalikan, teknologi bisa memicu penurunan fungsi otak,” tegasnya. Untuk itu, SMA Islam Al Azhar 9 berkomitmen membekali siswa dengan keterampilan digital yang sehat dan produktif, melalui literasi digital, etika online, serta pendampingan karakter Islami.

Baca Juga  Almond Awards ke-3 : Ratusan Murid SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta Raih Penghargaan Prestasi

Simbolisasi pembukaan MPLS juga ditandai dengan penyerahan souvenir kepada perwakilan murid baru, Ihsan Fitrah Yusuf dari SMPIA 52 Bengkulu dan Gelora Putrikoe Dewata dari SMP 1 Kuta Bali. Keduanya tampil percaya diri, mencerminkan semangat dan kebanggaan menjadi bagian dari keluarga besar SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta. Latar belakang mereka yang beragam menjadi cerminan bahwa sekolah ini terbuka bagi generasi dari seluruh penjuru negeri — tempat bertemunya keislaman, kebhinekaan, dan prestasi.

Hari pertama ini juga disemarakkan dengan kisah inspiratif dari kakak kelas dan alumni yang telah menembus berbagai kampus unggulan, baik di dalam maupun luar negeri. Perjalanan mereka menjadi cermin bahwa impian tak cukup hanya dibayangkan, tetapi harus diperjuangkan dengan disiplin dan tawakal.

Lebih dari sekadar hari pembuka, inilah langkah awal menuju masa depan. Suara kentongan bukan hanya bunyi tradisi, melainkan gema dari peradaban yang dibangun lewat ilmu, iman, dan amal. SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta bukan sekadar membuka sekolah, tapi membuka jalan hidup yang penuh makna. (Setyo Eko)