YPI Ungkap Rahasia Al Azhar yang Semakin Besar, Pegawai AYWS Harus Jaga Spirit Kealazharan

SLEMAN – Rahasia kebesaran Al Azhar bukan hanya terletak pada nama besar dan panjangnya sejarah, melainkan pada kekuatan doa pendiri, semangat ikhlas penerus, serta pegawai yang saling memberi manfaat.

Hal itu diungkapkan Ngadiman MPd dari Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar dalam kegiatan Pembinaan Awal Pegawai (PAP) Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) pada Jumat (12/9/2025) di Auditorium Al Hafidh Kampus 1 AYWS.

“Al Azhar semakin besar karena programnya berkesinambungan, strateginya jelas, dan tujuannya bukan sekadar kejayaan dunia, tetapi juga kebahagiaan akhirat,” ujar Ngadiman di hadapan 76 pegawai baru AYWS dari unit Sleman, Bantul, dan Wonosari. Ia menekankan bahwa rahasia kebesaran Al Azhar harus dipahami dan dijaga setiap insan yang berkarya di dalamnya.

Ngadiman yang menjabat Kepala Bagian Kepegawaian YPI Al Azhar memaparkan, cinta kepada Al Azhar diukur bukan dari kata-kata, melainkan melalui perasaan, pikiran, dan perilaku. Menurutnya, bila pegawai benar-benar menginternalisasi nilai kealazharan, maka pertumbuhan Al Azhar akan terus berlanjut lintas generasi dan semakin memperkuat posisinya sebagai lembaga pendidikan Islam modern di Indonesia.

Saat ini, YPI Al Azhar telah mengelola 220 unit sekolah di 21 provinsi, dengan 22 kampus dan 60 sekolah serta menjalin kerja sama dengan 57 yayasan pendidikan di seluruh Indonesia. Fakta ini, kata Ngadiman, merupakan bukti bahwa rahasia kebesaran Al Azhar terus terjaga dari masa ke masa.

Selain membahas rahasia pertumbuhan Al Azhar, Ngadiman juga menguraikan perjalanan panjang berdirinya yayasan. Masjid Agung Kebayoran yang berdiri pada 1951 menjadi pijakan awal, disusul pendirian YPI pada 7 April 1952. Dari sana, Al Azhar tumbuh dengan lahirnya unit-unit Pendidikan yakni TKIA & SDIA (1964), SMPIA (1970), SMAIA (1976), hingga Universitas Al Azhar Indonesia pada 2000. Sejarah ini, menurutnya, adalah fondasi yang harus selalu dikenang.

Baca Juga  Idul Adha 1443 H, Al Azhar Yogyakarta Sembelih dan Salurkan 36 Hewan Kurban

Dalam paparannya, Ngadiman menyinggung pula peran tokoh-tokoh besar seperti Buya Hamka dan Prof. Mahmoud Syaltout dari Kairo yang memberikan nama “Al Azhar” pada yayasan. Nama itu, tegasnya, bukan hanya identitas, tetapi doa yang mengandung kebesaran dan visi global.

Visi YPI Al Azhar untuk menjadi lembaga dakwah dan pendidikan Islam terkemuka dan modern, serta misi menegakkan amar makruf nahi munkar dan meningkatkan kualitas SDM, disebut Ngadiman sebagai arah yang wajib dipegang. Moto kegiatan Al Azhar, Taqwa dalam beragama, santun dalam berperilaku, dan prima dalam berkarya, ia tegaskan sebagai pedoman kerja sehari-hari.

Ngadiman juga memperkenalkan strategi FAST (Fathonah, Amanah, Shiddiq, Tabligh) sebagai pilar penguatan SDM. Pegawai, katanya, harus dibekali niat ikhlas, amanah, menjadi teladan, profesional, dan berwawasan global. Sementara lembaga dituntut untuk menjadi yang pertama, terbaik, terdepan, rujukan, kebanggaan umat, sekaligus penyebar kebaikan.

Ia menutup presentasi dengan filosofi pendidikan ala Ibnu Rusdi: sedikit-sedikit, pelan-pelan, dan diulang-ulang, serta lima “obat terbaik di dunia”: air putih, tidur cukup, jalan kaki, berbincang dengan orang lain, dan berinteraksi dengan alam. “Sehat jasmani dan rohani adalah modal penting untuk menjaga rahasia kebesaran Al Azhar,” ujarnya. (Chaidir)