SLEMAN — Kemandirian dan kesadaran diri menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Hal ini ditegaskan oleh Prof Dr Heru Kurnianto Tjahjono, Guru Besar Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), saat menyampaikan materi bertema “Self Leadership dan Motivasi Intrinsik” dalam Kajian Rutin Sabtu Wage yang dirangkai dengan Haul ke-12 KH Ahmad Basyir, di Masjid Al Hafidh Kampus 1 Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS).
Dalam paparan tertulisnya, Prof Heru menekankan bahwa self leadership atau kepemimpinan diri merupakan fondasi utama dalam membangun pribadi yang positif, berdaya, dan berpengaruh bagi lingkungan sekitar.
“Setiap manusia sejatinya adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Kita adalah sutradara sekaligus aktor dalam kehidupan ini. Ketika seseorang mampu memimpin dirinya, maka ia mampu menghadapi perubahan tanpa kehilangan arah,” ungkap Prof. Heru.
Menurutnya, perubahan yang cepat sering kali menimbulkan shock psikologis dan sosial. Namun, individu yang memiliki kemampuan memimpin diri akan lebih tangguh dan adaptif karena memiliki kesadaran penuh atas pikiran, emosi, dan tindakannya.
Prof Heru kemudian menjelaskan bahwa kepemimpinan diri sejati tidak hanya dibangun dari kecerdasan intelektual, tetapi juga dari keseimbangan empat unsur utama yaitu ilmu (science), seni (art), pengalaman (craft), dan jiwa (soul).
“Pendidikan manajemen modern sering kali terlalu menekankan sisi ilmiah dan analitis, padahal kepemimpinan sejati juga membutuhkan sentuhan hati dan kebijaksanaan jiwa,” jelasnya.
Dalam konteks kehidupan beragama dan berpendidikan, lanjutnya, unsur soul menjadi sangat penting. Jiwa yang tenang, penuh kesadaran, dan bersih dari kepentingan diri akan menumbuhkan motivasi intrinsik—dorongan dari dalam untuk berbuat baik, bekerja dengan makna, dan memberi manfaat bagi sesama.
Prof Heru juga menyinggung pentingnya mindfulness atau kesadaran penuh dalam proses membangun self leadership. Ia menjelaskan bahwa 90 persen tindakan manusia dikendalikan oleh pikiran bawah sadar, sementara pikiran sadar hanya berperan kecil. Karena itu, melatih kesadaran diri menjadi langkah utama untuk menata perilaku dan membangun karakter positif.
“Mindfulness bukan hanya tentang menenangkan diri, tetapi tentang mengenali pikiran dan perasaan kita agar mampu mengambil keputusan secara bijak,” katanya.
Dalam suasana kajian yang khusyuk dan hangat, jamaah, guru, serta civitas akademika Al Azhar Yogyakarta tampak antusias mengikuti paparan Prof. Heru yang memadukan pendekatan ilmiah, spiritual, dan reflektif. (Chaidir)







