WONOSARI – Kehadiran Victoria Kothrade, atau yang akrab disapa Miss Vicky, kembali membawa suasana hangat dan penuh persahabatan di lingkungan SD Islam Al Azhar 59 Wonosari. Native speaker sekaligus dosen dari Northern Illinois University (NIU) Amerika Serikat itu tampak begitu dekat dengan para wali murid saat sesi bersama yang digelar pada Jumat, 21 November 2025, di Auditorium Al Hafidh, Kampus Al Azhar Wonosari.
Sejak awal acara, keakraban tercipta dengan cepat. Miss Vicky tidak hanya datang sebagai narasumber, tetapi juga sebagai sahabat yang ingin berbagi pengalaman dan cerita. Wali murid pun menyambutnya dengan antusias yaitu mereka duduk dengan penuh perhatian, mendengarkan setiap materi yang ia sampaikan tentang peran orang tua di era global.
Dengan gaya komunikasinya yang ramah, Miss Vicky mengajak para orang tua untuk membangun ruang aman di rumah, ruang di mana anak merasa didengar, diperhatikan, dan diterima. “Orang tua harus dapat menciptakan ruang aman bagi anak dengan selalu menjalin komunikasi aktif sehingga anak dapat merasakan kehadiran orang tuanya,” pesannya, yang disampaikan dengan nada lembut namun penuh ketegasan. Ia menegaskan bahwa keterlibatan orang tua menjadi benteng penting agar anak tidak terjerumus dalam dampak negatif gawai dan teknologi.
Keakraban semakin terasa ketika Miss Vicky membuka sesi diskusi. Tidak ada jarak antara dirinya dan wali murid yakni suasana yang tercipta lebih mirip perbincangan hangat antar sahabat. Para wali murid memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya tentang cara mendampingi anak-anak generasi Alpha—generasi yang tumbuh bersama dunia digital.
Menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut, Miss Vicky menekankan pentingnya kesadaran global sejak dini. Anak-anak, menurutnya, perlu mengenal keberagaman budaya dan mulai belajar bahasa asing dengan memanfaatkan teknologi secara positif.
Melalui pertemuan yang penuh senyum, sapaan akrab, dan percakapan terbuka itu, Miss Vicky tidak hanya berbagi ilmu, tetapi juga membangun jembatan persahabatan dengan para wali murid. Momen ini menjadi bukti bahwa komunikasi lintas budaya dapat berjalan hangat dan penuh makna ketika dibalut dengan ketulusan dan keakraban. (Meyta)







