SLEMAN – Busana adat Jawa, khususnya di Yogyakarta, memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan makna filosofis. Sejak berdirinya Keraton Yogyakarta, busana adat telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat. Setiap potongan, motif, dan warna pada busana memiliki simbolisme yang mendalam, mulai dari status sosial hingga nilai-nilai spiritual.
Dengan mengenakan busana adat, murid tidak hanya tampil anggun dan memesona, namun juga turut serta melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Setiap motif dan detail pada busana memiliki makna filosofis yang mendalam seperti kesopanan, kesederhanaan, dan keharmonisan.
Penggunaan pakaian adat DIY pada Hari Kamis Pon untuk para guru, karyawan dan murid bertujuan untuk memperkenalkan murid pada keragaman budaya Jawa. Melalui busana adat, mereka dapat belajar tentang sejarah, adat istiadat, dan kesenian daerah.
“Tentu tujuanya untuk melestarikan budaya Jawa khususnya DIY. Hal ini juga meningkatkan jiwa cinta terhadap tanah air.” ujar Agung Widiyantoro, M.Pd. kepala SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta saat ditemui setelah kegiatan morning meeting di Masjid Al Azhar Yogyakarta World School.
Agung juga menyampaikan bahwa penggunaan pakaian adat Jawa DIY ini sesuai dengan arahan pemerintah. “Kamis Pon tidak hanya berkontribusi dalam melestarikan budaya Jawa, namun juga turut mempromosikan pariwisata budaya Yogyakarta. Dengan mengenakan busana adat, murid menjadi duta kecil yang memperkenalkan keindahan dan kekayaan budaya Yogyakarta kepada masyarakat luas termasuk mensukseskan UMKM.” tambahnya.
Kegiatan ini juga menjadi ajang edukasi bagi murid untuk mengenal lebih dekat berbagai jenis busana adat Jawa seperti surjan, kebaya, dan kain batik. Mereka diajarkan tentang tata cara mengenakan busana dengan benar, serta makna di balik setiap detailnya.
Tak Terlupakan
Murid-murid diharapkan tidak hanya menjadi generasi penerus bangsa, tetapi juga menjadi generasi pelestari budaya. Muhammad Angga Sanjaya Putra SPd Gr, wakil kepala sekolah urusan kemuridan mengatakan Kamis Pon sebagai sarana pengenalan, apalagi murid sekolah SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta banyak juga yang berasal dari luar DIY.
Angga juga menceritakan bahwa bagi murid yang berasal dari luar daerah, mengenakan busana adat Jawa merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Mereka mengaku kagum dengan keindahan motif dan warna pada kain batik, serta makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut kelak akan diceritakan oleh murid-murid kepada keluarga dan saudara-saudara Ketika pulang ke daerahnya masing-masing.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan kebanggaan terhadap budaya bangsa pada diri murid. Dan yang utama murid yang berasal dari berbagai daerah juga semakin bisa mnghargai budaya daerah dimanapun dia berada,” ujar Angga.
Kegiatan mengenakan busana adat Jawa tidak hanya memberikan pengetahuan tentang budaya, tetapi juga membentuk karakter murid secara holistik. Murid belajar tentang pentingnya toleransi, menghargai perbedaan, dan memiliki rasa memiliki terhadap budaya bangsa.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Dari Sabang sampai Merauke, dapat menemukan beragam suku, bahasa, adat istiadat, dan budaya. Keberagaman ini adalah kekayaan bangsa yang harus di jaga dan lestarikan.
Pancasila mengajarkan untuk melihat keberagaman sebagai sebuah keindahan. Dengan saling menghargai perbedaan, dapat memperkaya khazanah budaya bangsa, serta menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk membangun Indonesia yang lebih maju. (Setyo Eko)