Penulis : Nur Ernawati SPd Gr
(Guru SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta)
TAHUN 2019 kucatat sebagai tahun sejarahku yang tak pernah aku lupakan. Ini bukanlah mimpi namun sebuah kenyataan yang kuhadapi. Ya suatu kenyataan bahwa tahun itu aku dinobatkan sebagai “Duta Teknologi Kemendikbud Ristek”.
Tahun pun berganti, sejarah hidupku kembali mencatat bahwa di tahun 2023 aku juga dinobatkan sebagai Guru Inovatif Terbaik 1 Tingkat SMP Provinsi DIY. Di tahun itu pula aku dinobatkan sebagai Peserta Terbaik di Tingkat Nasional dalam pelaksanaan Hari Guru Nasional (HGN) 2023.
Aku merasa penobatan itu sebagai “teguran” agar diriku lebih bekerja keras lagi, bekerja dengan lebih baik lagi, bekerja dengan profesional, kreatif dan inovatif. Tapi aku juga merasa bahwa penobatan itu sebuah “anugerah” dari Allah SWT sebagai tanda kasih sayang-Nya.
“Teguran” dan “Anugerah” mendorong aku untuk lebih semangat dalam menjalani hidup sebagai seorang guru, seorang pendidik, seorang pembimbing untuk anak-anak dan murid-murid. Aku berharap dan berusaha agar murid-muridku menjadi orang yang “terbaik” pula baik untuk dirinya, keluarga, masyarakatnya, bangsanya, dan negaranya.
Pencapaian prestasi ini bagiku bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Perjalananku bermula dari keresahan melihat minimnya minat murid terhadap pelajaran informatika. Aku ingin melampaui batas tembok kelas, menghadirkan pembelajaran yang tak hanya informatif, tapi juga mengasyikkan dan bermakna.
Tekad itu membawaku pada dunia Computational Thinking, sebuah pendekatan pembelajaran yang membekali murid dengan kemampuan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreatif, dan problem solving atau mampu memecahkan masalah.
Aku yakin, Computational Thinking adalah kunci untuk membuka potensi murid dan mengantarkan mereka menuju masa depan yang gemilang. Namun, menerapkan Computational Thinking di kelas bukanlah perkara mudah. Aku harus mencari cara yang tepat untuk menyampaikan konsep-konsep abstrak kepada murid dengan cara yang mudah dipahami. Di sinilah Scratch dan Makey-Makey hadir sebagai pahlawan pembelajaranku.
Scratch, bahasa pemrograman visual yang ramah murid, menjadi alat bantu untuk membangkitkan minat dan kreativitas mereka. Melalui Scratch, murid dapat membuat animasi, game, dan berbagai proyek menarik lainnya. Sementara Makey-Makey, papan elektronik yang ajaib, memungkinkan murid untuk menghubungkan benda-benda di sekitar mereka dengan komputer, mengubahnya menjadi alat musik, pengontrol game, dan bahkan kanvas seni digital.
Inspirasi Bagi Guru-Guru
Kombinasi Scratch dan Makey-Makey melahirkan keajaiban di kelasku. murid tak lagi terpaku pada buku teks, mereka menjelajahi dunia digital dengan penuh semangat. Mereka belajar memecahkan masalah dengan cara yang kreatif, berkolaborasi satu sama lain, dan mengekspresikan diri mereka dengan cara yang tak terbayangkan sebelumnya.
Hasilnya tak mengecewakan, murid menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan Computational Thinking. Mereka menjadi lebih terampil dalam menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan bekerja sama. Prestasi ini tak hanya mengantarku ke panggung nasional, tapi juga mengharumkan nama sekolah dan menginspirasi guru-guru lain di seluruh Indonesia.
Perjalanan ini mengajariku bahwa inovasi adalah kunci untuk membuka gerbang pembelajaran yang luar biasa. Aku tak pernah berhenti belajar dan bereksperimen, mencari cara-cara baru untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi muridku.
Namun, Aku tak berhenti di situ. Dedikasi dan semangat mengantarkanku melangkah lebih jauh. Aku tak hanya berperan sebagai guru, tetapi juga aktif sebagai narasumber dalam berbagai webinar dan pelatihan, menginspirasi guru-guru lain untuk mengadopsi metode pembelajaran inovatifku.
Kiprahku juga tak berhenti di level lokal. Aku Pernah dinobatkan menjadi menjadi Duta Teknologi Kemendikbud Ristek di tahun 2019 dan masih aktif sampai sekarang, Terpilih menjadi Co.Kapten belajar.id Kemendikbud Ristek untuk Kab. Sleman, menjadi Penggerak Komunitas Belajar antar Guru (BERGEMA) Kemendikbud Ristek, menjadi seorang Google Certified Trainer, mendapatkan 5 terbaik untuk pengimbasan Platform Teknologi Kemendikbud Ristek dengan jumlah terbanyak, dan aku baru saja menyelesaikan program Microcredential CS50X Indonesia-Harvard University yang mana program tersebut adalah beasiswa dari LPDP dan GTK Dikdas selama 6 bulan secara daring.
Bagi para guru di luar sana, aku ingin berbagi pesan: jangan pernah ragu untuk berinovasi! Terbukalah terhadap ide-ide baru, pelajari teknologi terkini, dan ciptakan pembelajaran yang tak hanya informatif, tapi juga menginspirasi dan memberdayakan murid.
Bersama, kita bisa mengantarkan pendidikan Indonesia ke level yang lebih tinggi dan membuka masa depan yang gemilang bagi generasi penerus bangsa. ***