Api Unggun Semangat di Perkaju SD Islam Al Azhar 59 Wonosari

WONOSARI – Halaman SD Islam Al Azhar 59 Wonosari pada Kamis pagi, 21 Agustus 2025, tampak berbeda dari biasanya. Tenda-tenda berdiri rapi, suara riuh anak-anak bergema, dan wajah-wajah ceria murid kelas V dan VI menyambut pagi dengan penuh semangat. Mereka sedang memulai petualangan dua hari dalam Perkemahan Penggalang (Perkaju) 2025 yang digelar hingga Jumat, 22 Agustus 2025.

Sejak fajar, suasana meriah sudah terasa. Kedatangan peserta disambut hangat panitia yang mengarahkan mereka menuju tenda masing-masing. Bagi sebagian murid, ini adalah pengalaman pertama tidur di tenda bersama teman sebayanya. Rasa canggung perlahan berubah menjadi keceriaan ketika mereka mulai membongkar bekal, merapikan alas tidur, hingga saling membantu mengatur perlengkapan.

Kegiatan hari pertama dibuka dengan materi kepramukaan. Murid-murid dikenalkan dengan berbagai sandi rahasia yang sejak dulu menjadi ciri khas pramuka. Ada yang mengibaskan bendera kecil dalam latihan Semaphore, ada pula yang sibuk menulis kode sandi, sementara kelompok lain mengetukkan pola titik dan garis untuk mengirim pesan dengan Morse.

Suasana berubah riuh ketika ada regu yang salah menerjemahkan kode. Tawa pecah, namun tak menyurutkan semangat mereka. Justru, setiap kesalahan menjadi pelajaran berharga. “Kalau salah, jadi lucu, tapi dari situ kami belajar tidak mudah menyerah. Ternyata komunikasi bisa dilakukan bukan hanya lewat HP, tapi juga dengan kode,” ujar salah satu peserta kelas V dengan polos.

Materi sederhana ini ternyata menyimpan pesan mendalam: belajar sandi berarti belajar kesabaran, ketelitian, dan kerja sama.

Menanamkan Disiplin Sejak Dini

Selepas istirahat, para peserta diarahkan mengikuti gladi upacara pembukaan. Mereka berbaris rapi di bawah terik matahari, mendengarkan komando pembina dengan penuh perhatian. Meski panas menyengat, langkah-langkah mereka tetap serentak. Latihan ini melatih disiplin, tanggung jawab, sekaligus menumbuhkan rasa kebersamaan antarregu.

Baca Juga  "Ramadhanku Berkah, Ibadahku Sempurna" di SD Islam Al Azhar 59 Wonosari

Tepat pukul satu siang, upacara pembukaan resmi dimulai. Kepala SD Islam Al Azhar 59 Wonosari, Danar Kusuma MPd, bertindak sebagai pembina upacara. Dalam amanatnya, ia menegaskan bahwa Perkaju bukan sekadar agenda tahunan.

“Melalui Perkaju, kita ingin membentuk generasi yang mandiri, disiplin, berani, dan mampu bekerja sama. Semua pengalaman ini akan menjadi bekal berharga, tidak hanya di sekolah, tetapi juga di masyarakat,” tegasnya.

Memasak, Belajar Hidup Mandiri

Menjelang sore, kegiatan semakin seru. Peserta ditantang untuk memasak makanan sendiri. Dengan peralatan seadanya, ada yang sibuk menanak nasi, ada yang menggoreng lauk, sementara yang lain menyiapkan sayur. Tawa dan canda tak terhindarkan, apalagi ketika hasil masakan terlalu asin atau kurang matang.

Namun, inilah yang membuat pengalaman semakin bermakna. Anak-anak yang biasanya terbiasa dengan hidangan siap saji dari orang tua, kini belajar menyiapkan makanan dengan tangan mereka sendiri. Saat akhirnya duduk melingkar dan menyantap hasil jerih payah, wajah mereka memancarkan kebanggaan.

Malam Hangat Api Unggun

Puncak kegiatan hari pertama adalah api unggun. Tumpukan kayu yang sudah disiapkan sejak siang mulai menyala, menjulang tinggi di tengah lingkaran peserta. Sorak sorai menggema, lagu pramuka berkumandang, dan yel-yel penuh semangat menggema ke langit malam.

Api unggun bukan sekadar tontonan, melainkan simbol persaudaraan. Semua regu menampilkan kreativitas mereka: menyanyi, menari, hingga pentas seni sederhana. Tidak ada rasa malu atau ragu. Kehangatan api seakan mempersatukan hati mereka.

Kepala sekolah kembali memberikan apresiasi di penghujung acara. “Hari ini anak-anak belajar sandi, baris-berbaris, memasak, hingga tampil percaya diri di depan teman-temannya. Semua ini adalah bekal penting untuk masa depan,” ungkapnya.

Petualangan Hari Kedua

Baca Juga  Semangat Berbagi di Bulan Ramadan: Aksi Sosial SD Islam Al Azhar 59 Wonosari

Jumat pagi, suasana bumi perkemahan kembali hidup. Setelah salat Subuh berjamaah, murid-murid melakukan senam pagi bersama. Tubuh mereka segar, wajah mereka ceria. Tidak lama kemudian, mereka bergegas memasak sarapan sederhana sebelum bersiap mengikuti agenda puncak yaitu jelajah alam.

Dengan penuh semangat, regu-regu kecil bergerak menyusuri jalur yang sudah ditentukan. Di setiap pos, mereka dihadapkan pada tantangan berbeda: memecahkan teka-teki, menyusun strategi, hingga menguji kekompakan tim. Suasana penuh antusiasme terlihat jelas, terutama ketika mereka berhasil menyelesaikan setiap tantangan.

“Jelajah alam membuat kami lebih kompak. Kalau tidak kerja sama, pasti tidak bisa menyelesaikan pos,” kata seorang peserta dari kelas VI.

Penutup yang Mengharukan

Usai jelajah alam, peserta kembali ke perkemahan. Mereka berkemas dengan sigap: merapikan tenda, mengemas perlengkapan pribadi, dan memastikan lingkungan tetap bersih. Momen ini menunjukkan tumbuhnya rasa tanggung jawab dalam diri mereka.

Sebelum perpisahan, panitia membagikan reward bagi kelompok terbaik. Kegembiraan semakin terasa saat semua peserta menyanyikan lagu perpisahan “sayonara”. Suasana haru menyelimuti bumi perkemahan, meninggalkan kenangan indah yang akan terus membekas di hati mereka.

Perkaju dua hari ini meninggalkan kesan mendalam. Bagi murid-murid, kegiatan ini bukan hanya tentang mendirikan tenda atau bernyanyi di api unggun. Mereka belajar arti kemandirian, disiplin, persaudaraan, dan kepemimpinan.

Api unggun memang sudah padam, namun semangat yang tumbuh dalam dada setiap peserta akan terus menyala—membentuk karakter generasi muda yang tangguh, mandiri, dan siap menghadapi tantangan kehidupan. (Dyah Widiastuti, S.Pd./Meyta)