SLEMAN — Suasana pagi yang cerah di lantai 10 Tower 1 Kampus 2 Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS), Gamping Sleman, Sabtu (18/10/2025), menjadi momen penuh haru dan bangga. Sebanyak 28 murid Al Azhar 60 Early Years Programme Yogyakarta mengikuti simulasi manasik haji, sebuah kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memperkenalkan rukun Islam kelima kepada anak-anak usia dini dengan cara yang menyenangkan dan penuh nilai spiritual.
Yang membuat kegiatan ini semakin istimewa, seluruh prosesi manasik haji disaksikan langsung oleh para orang tua murid. Dari wajah-wajah mereka terpancar rasa bangga, haru, dan bahagia menyaksikan anak-anaknya mengenakan pakaian ihram putih bersih, melafalkan talbiyah, dan menjalani setiap rukun haji dengan khusyuk. Momen indah ini pun tak disia-siakan — kamera ponsel para orang tua terus mengabadikan setiap detik perjalanan manasik anak-anak mereka.
Kegiatan ini dipandu oleh Ustadz Muhammad Shodiqin SAg, yang membimbing para peserta dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Dengan suasana dibuat seolah nyata, para murid memulai perjalanan dari simulasi Bandara King Abdul Aziz di Jeddah. Setelah melakukan miqat dan mengenakan pakaian ihram, mereka menuju Arafah untuk mengikuti ceramah ibadah wukuf, lalu melaksanakan salat Dzuhur berjamaah. Selanjutnya, para “jamaah cilik” bergerak ke Muzdalifah untuk mengambil kerikil, melanjutkan dengan melontar jumrah, tawaf mengelilingi Ka’bah, Sa’i, meminum air zamzam, hingga tahalul. Semua dilakukan dengan penuh semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Anak-anak tampak sangat antusias, bahkan beberapa di antara mereka hafal urutan rukun haji dengan baik. Kegiatan ini bukan hanya simulasi ritual ibadah, tetapi juga sarana menanamkan nilai-nilai kesabaran, kedisiplinan, dan ketulusan dalam beribadah. Haji itu bukan hanya perjalanan fisik, tapi perjalanan hati. Semoga sejak kecil mereka sudah memahami maknanya.
Sebelum kegiatan dimulai, Wakil Ketua Bidang Keagamaan BPPH AYWS, Dr Yogi E Ginanjar, dalam sambutannya menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya pendidikan berbasis nilai keislaman di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi. Ia menegaskan bahwa dunia pendidikan saat ini mengalami perubahan cepat, namun akar nilai dan identitas sebagai seorang muslim tidak boleh hilang.
“Kita tahu teknologi berkembang pesat, paradigma pendidikan berubah, dan tantangan era digital semakin kompleks. Tapi di tengah semua itu, kita harus menjaga jati diri kita sebagai seorang muslim, sebagai orang timur, sebagai orang Indonesia. Al Azhar Yogyakarta di usianya yang ke-20 tahun berkomitmen untuk menjaga akar diri itu,” ujar Dr Yogi di hadapan para orang tua dan guru.
Yogi menjelaskan bahwa kegiatan manasik haji sejak dini merupakan langkah awal menanamkan cita-cita besar kepada anak-anak.
“Sebagian orang mungkin bertanya, apakah anak usia dini sudah bisa memahami manasik haji? Jawabannya, inilah cara kita menanam mimpi. Mimpi besar selalu berawal dari langkah kecil. Hari ini mereka belajar manasik, dan 35 tahun ke depan, saat usia mereka memasuki 40-an tahun — usia yang kuat dan produktif — mereka mungkin benar-benar berangkat haji,” ujarnya.
Dr. Yogi juga menyinggung bahwa ibadah haji bukan hanya soal kemampuan ekonomi, melainkan juga panggilan dan takdir dari Allah SWT. “Banyak orang yang mampu secara ekonomi tapi belum mendapat panggilan haji, sementara ada yang sederhana justru Allah beri jalan. Karena itu, kegiatan ini bukan hanya simbolik, tapi mengajarkan kepada anak-anak bahwa semua ibadah membutuhkan niat tulus dan ridha Allah,” tambahnya.
Sambutan itu juga diakhiri dengan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan kegiatan, terutama kepada Kepala Satuan Pendidikan Al Azhar 60 Early Years Programme Yogyakarta, Tri Damayanti SPsi, para guru, pengurus Jamiyyah, serta seluruh orang tua yang telah memberikan dukungan penuh.
Kegiatan manasik berakhir dan membawa pesan moral bagi anak-anak agar senantiasa menjaga semangat belajar dan beribadah. Para murid terlihat gembira meski lelah, namun nilai-nilai spiritual yang ditanamkan telah menyentuh hati mereka.
Al Azhar 60 Early Years Programme Yogyakarta di bawah kepemimpinan Bunda Dama, panggilan akrab Tri Damayanti, menunjukkan komitmennya sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan kecerdasan intelektual, tetapi juga membentuk karakter spiritual dan moral sejak usia dini. Sebuah langkah kecil yang diyakini akan menjadi pijakan kuat bagi anak-anak untuk tumbuh sebagai generasi berakhlak, berwawasan global, dan berjiwa islami.(Chaidir)