Dua Dekade Mendahului Zaman: Saat Al Azhar Yogyakarta Sudah Jalankan MBG, Jauh Sebelum Pemerintah

SLEMAN –  Siapa sangka, dua puluh tahun sebelum Program Makan Bergizi Gratis (MBG) digulirkan oleh Presiden Prabowo, Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta yang kini bertransformasi menjadi Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) telah lebih dulu melaksanakan program yang sama — bahkan dengan sistem yang jauh lebih terintegrasi dan matang.

Fakta mengejutkan ini diungkapkan langsung oleh Ketua Yayasan Asram sekaligus Ketua BPPH AYWS, Drs HA Hafidh Asrom MM, dalam acara Stadium General in Collaboration with Universitas AMIKOM and FMIPA UGM, Kamis (10 April 2025) di Auditorium Al Hafidh Kampus 1 AYWS. Kegiatan ini didiadakan oleh SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta.

“Sejak 2005 kami sudah menjalankan MBG untuk siswa-siswa kami. Tujuannya bukan sekadar memberi makan, tapi memenuhi nutrisi otak dan fisik murid agar mereka tumbuh optimal,” ungkap Hafidh di hadapan para peserta Stadium General.

Dijelaskan, sebelum pelantikan Presiden Prabowo, tim peninjau dari program nasional MBG bahkan sempat berkunjung langsung ke dapur besar AYWS — dapur yang setiap harinya sanggup menyajikan makanan sehat untuk lebih dari 4.500 orang, mulai dari siswa hingga guru dan karyawan.

“Hasilnya? Mereka kagum. Gizi seimbang, higienis, dan terorganisir. Kami tak hanya beri makan, tapi beri masa depan,” ujar Hafidh bangga.

Tim nasional MBG bahkan menyebut dapur AYWS sebagai role model dalam pengelolaan logistik dan pemenuhan gizi siswa sekolah di Indonesia.

Smart Campus, Smart Generation

Tak hanya soal gizi, AYWS juga selangkah lebih maju dalam membangun konsep pendidikan berbasis teknologi. “Kini sudah ada 19 unit sekolah yang berdiri, dan semuanya bergerak menuju konsep Smart Campus, dimulai dari Kampus 2 di Gamping,” ujar Hafidh.

Baca Juga  Keren! SPIONASE Cara SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta Lakukan UTS yang Kreatif dan Inovatif

Di sekolah ini, murid bukan hanya belajar di ruang kelas, tapi juga hidup dalam ekosistem teknologi yang terintegrasi. Mereka dibekali smart card — kartu pintar multifungsi yang bisa dipakai untuk naik lift, masuk kelas, hingga jajan di kantin. Tanpa kartu itu, tak akan bisa naik lift sekolah.

“Bukan sekadar gaya, tapi ini adalah cara membentuk generasi yang melek teknologi dan siap menghadapi masa depan,” tambahnya.

Riset

Stadium General ini juga menghadirkan dua tokoh besar dari dunia riset dan pendidikan: Prof DR M Suyanto MM (Rektor Universitas AMIKOM) dan Prof DR Eng Kuwat Triyana MSI (Dekan FMIPA UGM).

Prof Kuwat, yang terkenal lewat berbagai penelitian aplikatif di bidang sains, menyebut riset bukan hanya untuk jurnal ilmiah, tapi juga bisa menjadi hobi yang menyenangkan dan menghasilkan uang.

“Riset itu menyenangkan. Dan yang lebih penting, riset bisa menghasilkan uang kalau kita tahu apa yang dibutuhkan masyarakat,” ungkapnya.

Sementara itu, Prof Suyanto menekankan pentingnya memulai dari riset-riset sederhana yang dekat dengan kehidupan. “Dari hal-hal kecil, nanti bisa muncul ide besar,” katanya. Ia menyebut empat elemen penting dalam membangun masa depan yang produktif: scientist, professional, entrepreneur, dan artist.

Kolaborasi Jadi Kunci Masa Depan

Dengan tema “Riset & Entrepreneurship di Era 4.0, Kolaborasi untuk Masa Depan”, acara ini bukan hanya menjadi ajang diskusi, tapi juga peta jalan ke depan bagi institusi pendidikan untuk menyatukan teknologi, riset, dan semangat kewirausahaan. Dan Al Azhar Yogyakarta World Schools, dengan sejarah panjang, dapur sehat, dan smart campus-nya, tampaknya telah lebih dulu menulis masa depan — dua dekade sebelum yang lain. (Chaidir)

Baca Juga  SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta Lakukan Stimulan Pembelajaran Bahasa Arab Melalui Arabic Camp