SLEMAN – DI sebuah rumah yang sederhana namun penuh berkah di Kawasan Kampung Santri, Krapyak Bantul, tinggal dua kakak beradik yang istimewa. Mereka adalah Ibnu Nur Fauzan Ariyono, akrab disapa Fafa, dan adiknya yang ceria Mirza Ukail Ariyono, yang biasa dipanggil Zaza. Mereka bukan hanya siswa biasa di SD Islam Al Azhar 31 Yogyakarta, tapi juga bagian dari program unggulan kelas Tahfidz, yang menanamkan semangat cinta Alquran sejak dini.
Fafa, murid kelas 5 Ibnu Fadlan yang kini berusia 12 tahun, telah menorehkan prestasi membanggakan yaitu menghafal 8 juz Alquran, yakni juz 30, 29, 28, 27, 26, serta juz 1, 2, dan 3. Saat ini, ia tengah berjuang menaklukkan juz ke-4 dengan semangat dan tekad kuat.
Sementara itu, Zaza, sang adik yang duduk di kelas 3 Ibnu Fadlan, tak mau kalah. Di usianya yang masih 9 tahun, ia telah menghafal empat juz Alquran yaitu 30, 29, 28, dan 27. Meski lebih muda, semangatnya tidak kalah besar dari sang kakak.
Keduanya adalah buah hati dari pasangan Yudha Ariyono dan Reni Fatmawati, yang sejak awal berkomitmen kuat untuk membesarkan anak-anak yang shalih dan cinta Alquran. Mereka juga memiliki adik bungsu bernama Rizky Syaban Ariyono, yang saat ini masih menempuh pendidikan di Kelompok Bermain.
Rutinitas Pagi yang Penuh Cahaya
Hari-hari Fafa dan Zaza dimulai saat kebanyakan anak-anak masih terlelap. Pukul 03.00 pagi, mereka bangun, mandi, lalu menunaikan sholat tahajud. Setelah itu, waktu digunakan untuk murojaah atau melatih hafalan dan menyetorkan ayat-ayat yang sudah mereka hafal.
“Setelah sholat Subuh berjamaah, kami bersiap untuk sekolah. Biasanya jam 06.00 sudah berangkat,” ujar Fafa dalam wawancara pada Kamis, 10 April 2025.
Sekembalinya dari sekolah, Fafa dan Zaza langsung beristirahat. Mereka melanjutkan hafalan Alquran, terutama setelah sholat Maghrib. Biasanya, mereka menghafal sendiri atau menyetorkan hafalan kepada ibu mereka, Umi Reni.
“Setelah sholat Isya, kami free time. Bisa nonton TV bareng keluarga, main, atau mengerjakan PR kalau ada,” kata Fafa sambil tersenyum. Bagi mereka, nonton program anak-anak bersama keluarga adalah momen yang menyenangkan dan menguatkan ikatan.
Sekolah dan Cita-Cita
Bagi Fafa dan Zaza, sekolah di Al Azhar adalah pengalaman yang menggembirakan. “Senang sekolah di Al Azhar karena seru, teman-teman banyak,” kata Zaza yang juga mengaku hobi berenang. Di balik hafalan mereka yang luar biasa, keduanya tetap menjalani masa kecil mereka seperti anak-anak lainnya.
Menariknya, cita-cita mereka pun unik dan menunjukkan kepribadian masing-masing. Zaza ingin menjadi petugas pemadam kebakaran (Damkar), karena terinspirasi oleh keberanian dan peran sosial yang besar. Sementara Fafa ingin menjadi seorang pedagang sukses dan Hafidz, karena ia suka dengan dunia jual beli sejak kecil.
Menurut Yudha, sebagai orang tua, mereka hanya bisa mengarahkan dan membiasakan anak-anak dalam kebaikan. Setiap Sabtu dan Minggu, anak-anak diberikan les bahasa Inggris di rumah, untuk melengkapi kemampuan mereka di luar hafalan. Sementara penggunaan gadget dibatasi dengan bijak yaitu hanya boleh digunakan hari Minggu, dari pukul 09.00 hingga 11.00.
“Target saya bukan hanya hafal Alquran, tapi agar mereka menjadi anak-anak yang shalih dan punya akhlak baik,” ujar Yudha dengan mata berbinar.
Kisah Fafa dan Zaza bukan hanya tentang hafalan, tapi tentang komitmen, kedisiplinan, dan cinta dalam keluarga. Di tengah era digital dan berbagai tantangan masa kini, mereka membuktikan bahwa menghafal Alquran bisa menjadi jalan kebahagiaan dan keberkahan, jika dilakukan dengan hati yang ikhlas dan penuh cinta.
Kisah Fafa dan Zaza memang menginspirasi banyak keluarga bahwa impian membesarkan generasi Qurani adalah sesuatu yang mungkin—asal dibarengi dengan usaha, doa, dan kasih sayang.
Keutamaan dan Kemuliaan bagi Penghafal Alquran
1. Ditempatkan di Kalangan yang Mulia.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.”
Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Mereka adalah Ahlullah (keluarga Allah), yaitu orang-orang yang dekat dengan-Nya: mereka adalah orang-orang yang membaca dan menghafal Alquran.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim – hasan sahih). Penghafal Alquran termasuk dalam “keluarga Allah”, gelar kehormatan yang luar biasa.
2. Diberikan Derajat Tinggi di Surga
Rasulullah SAW bersabda: “Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafal) Alquran: ‘Bacalah, naiklah dan tartilkanlah sebagaimana engkau mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu di surga berada pada akhir ayat yang engkau baca.’” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Semakin banyak hafalan Alquran seseorang, semakin tinggi pula derajatnya di surga.
3. Memberi Syafaat (Pertolongan) di Hari Kiamat
Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Alquran, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya.” (HR. Muslim). Hafalan Alquran bisa menjadi penolong bagi pemiliknya saat semua manusia mencari pertolongan.
4. Memuliakan Orang Tua Penghafal Alquran
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca Alquran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka akan dipakaikan mahkota dari cahaya untuk kedua orang tuanya pada hari kiamat, yang cahayanya seperti cahaya matahari.” (HR. Al-Hakim dan Abu Dawud – hasan). Ini menunjukkan bahwa hafalan Alquran tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga mengangkat derajat kedua orang tua di akhirat.
5. Diberi Keutamaan di Dunia
Penghafal Alquran memiliki kedudukan istimewa dalam masyarakat Muslim, seperti:
- Diprioritaskan menjadi imam dalam salat berjamaah.
- Diutamakan dalam kepemimpinan bila memenuhi syarat lainnya.
- Mendapat penghormatan khusus dari umat.
Menjadi hafidz bukan sekadar menghafal secara lisan, tapi juga menjaga, memahami, dan mengamalkan isi Alquran dalam kehidupan. Keutamaan dan kemuliaannya sangat agung, bahkan sampai mengalir ke orang tuanya dan memberi syafaat di akhirat. (Chaidir)