SLEMAN – Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta memiliki sistem pembelajaran yang menyeimbangkan akademik, non akademik, dan keagamaan. Hal ini dilakukan untuk memberikan pendidikan yang holistik kepada siswa agar mereka tidak hanya memiliki pengetahuan akademik yang baik, tetapi juga memiliki keterampilan non-akademik seperti kepemimpinan, kreativitas, dan kecakapan sosial.
Selain itu, dengan memasukkan aspek keagamaan dalam sistem pembelajaran, Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta membentuk generasi yang memiliki nilai-nilai moral dan etika Islam yang kuat sehingga mampu menjadi individu yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, siswa dapat memiliki keseimbangan dalam kehidupan mereka dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Sistem yang dilakukan Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta diapresiasi oleh GBPH Prabukusumo yang menilai pembelajajaran di Al Azhar Yogyakarta komplet. Hal itu disampakan Gusti Prabu saat diwawancarai di sela acara Akhirussanah TK Islam Al Azhar 31 Yogyakarta, Kamis (23 Mei 2024).
Apresiasi dari Gusti Prabu terhadap sistem pembelajaran di Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta menunjukkan pengakuan atas upaya sekolah dalam menyediakan pendidikan yang komprehensif dan holistik bagi siswa. Dengan pendekatan yang menyeimbangkan antara akademik, non-akademik, dan keagamaan, Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta dianggap mampu memberikan pengalaman belajar yang lengkap bagi siswa sehingga mereka dapat berkembang secara menyeluruh.
Apresiasi ini juga bisa menjadi motivasi bagi sekolah dan para pendidiknya untuk terus meningkatkan mutu pendidikan yang mereka berikan serta memperkuat komitmen mereka dalam mendidik generasi muda yang berkualitas. Dengan dukungan dan apresiasi dari pihak berpengaruh, seperti GBPH Prabukusumo, diharapkan Sekolah Islam Al Azhar Yogyakarta dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Menurut Gusti Prabu, dengan memberikan penekanan pada aspek akademik, non-akademik, dan keagamaan dalam proses pembelajaran, Sekolah Islam Al Azhar dianggap sudah memberikan pendidikan yang lengkap dan menyeluruh bagi siswa-siswanya. “Sistem pendidikan Al Azhar komplet. Memperhatikan aspek kualitas akademik, non akandemik, dan keagamaan,” ujar Gusti Prabu.
Pendekatan holistik dalam pendidikan, seperti yang diterapkan oleh Al Azhar, dianggap sebagai sistem pembelajaran yang efektif dalam membentuk generasi yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai moral dan spiritual yang baik. Dengan demikian, pernyataan dari Gusti Prabu tersebut dapat dijadikan sebagai dorongan dan motivasi bagi pihak sekolah untuk terus meningkatkan kualitas serta meluaskan cakupan pendidikan yang mereka berikan, demi menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Menurut Gusti Prabu, untuk membentuk kepemimpinan maka harus memiliki kepintaran dan kecerdasan yang baik secara akademik. Dengan kecerdasan akan muncul kreativitas dan inovatif. Dikatakan, untuk membentuk kepemimpinan maka harus memiliki kepintaran dan kecerdasan yang baik secara akademis. Dengan kecerdasan akan muncul kreativitas dan inovatif.
Pernyataan tersebut menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara kecerdasan akademis dan kemampuan kreatif-inovatif dalam pembentukan kepemimpinan yang efektif. Kecerdasan akademis yang tinggi dapat memberikan landasan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai konsep dan prinsip.
Gusti Prabu mengatakan bahwa kecerdasan, kreativitas, dan inovasi anak terlihat dari hasil proses pembelajaran seperti kegiatan ekstrakurikuler menghafal Alquran, khataman Quran, kegiatan menari atau drumband di TK.
Pernyataan Gusti Prabu menekankan bahwa kecerdasan, kreativitas, dan inovasi anak dapat terlihat melalui berbagai hasil proses pembelajaran, termasuk melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti menghafal Alquran, khataman Quran, menari, atau bergabung dalam drumband. Melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersebut, anak-anak dapat mengembangkan berbagai keterampilan dan potensi yang tidak hanya terbatas pada aspek akademis, tetapi juga pada aspek non-akademis dan keagamaan.
Menghafal Alquran dan khataman Quran, misalnya, kata Gus Prami, dapat membantu anak mengembangkan keterampilan memori, konsentrasi, dan ketekunan. Sementara itu, kegiatan menari atau drumband dapat membantu anak mengasah keterampilan motorik, kreativitas, dan rasa percaya diri.
Kegiatan drumband, kata Gusti Prabu, didalamnya terdapat jiwa kepemimpinan, disiplin, kekompakan, melatih daya ingat, dan saling menghargai. Dijelaskan, kegiatan drumband tidak hanya merupakan kegiatan seni yang melibatkan penampilan musik, tetapi juga merupakan wadah untuk mengembangkan berbagai nilai dan keterampilan penting dalam kepemimpinan dan kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan drumband, terdapat berbagai aspek yang dapat membantu dalam membangun karakter dan keterampilan para pesertanya.
Jiwa kepemimpinan dapat ditemukan dalam kegiatan drumband ketika para anggota memimpin sesi latihan, mengatur formasi, dan memberikan arahan kepada rekannya. Disiplin dapat diasah melalui latihan rutin, ketepatan waktu, serta konsistensi dalam mempraktikkan gerakan dan teknik bermain alat musik. Kekompakan dapat diperkuat melalui kerja sama tim dalam menghasilkan musik yang harmonis dan penampilan yang bersamaan.
Latihan drumband juga dapat melatih daya ingat, baik dalam menghafal setiap gerakan maupun dalam mengingat notasi musik. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu dalam memperkuat rasa saling menghargai antar sesama anggota, yang penting dalam membangun hubungan yang harmonis dan saling mendukung.
Dengan demikian, kegiatan drumband dapat menjadi sarana yang efektif dalam pengembangan karakter dan keterampilan individu, serta membangun nilai-nilai kepemimpinan, disiplin, kekompakan, daya ingat, dan saling menghargai di antara para pesertanya. (Chaidir)