Gelar Karya P5 SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta: Menyulam Teknologi dan Tradisi dalam Harmoni Nusantara

SLEMAN –  Suasana Auditorium Al Hafidh Kampus 1 Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) Senin pagi (26 Mei 2025) tak seperti biasanya. Gemuruh gamelan Sunda mengalun syahdu menyambut para tamu, membalut udara dengan nuansa tradisional yang kental. Sementara deretan siswa berbalut pakaian adat dari Sabang hingga Merauke melangkah penuh percaya diri, mempersembahkan parade budaya Nusantara yang menyentuh hati.

Bukan sekadar pementasan seni, namun inilah Gelar Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) — puncak dari proses pembelajaran lintas tema yang dijalani siswa kelas VII dan VIII SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta. Kegiatan ini mengusung tema besar “Merajut Teknologi, Melestarikan Budaya Indonesia”, sebagai buah dari Tema 2 dan 3 untuk kelas VII, serta Tema 5 dan 6 untuk kelas VIII.

Menurut Kepala Satuan Pendidikan SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta, Fajar Arif Herhayanto, gelar karya P5 adalah lebih dari sekadar hasil proyek atau pertunjukan panggung. Ia menyebutnya sebagai titik temu antara kemajuan dan akar budaya, antara inovasi dan identitas.

“P5 bukan sekadar projek pembelajaran tetapi tanda cinta kepada bangsa, pertemuan dua kutub yang indah — antara modernitas dan akar tradisi,” ujar Fajar dengan penuh makna.

Siswa kelas VII memperkenalkan karya bertema kewirausahaan dan rekayasa teknologi. Produk ecoprint dari alam seperti kain batik yang khas menjadi bukti bahwa generasi muda bukan hanya penikmat, tapi juga pencipta solusi. Pada bagian rekayasa teknologi, mereka memamerkan prototipe alat sederhana berbasis sains yang berguna bagi kehidupan.

Sedangkan siswa kelas VIII memboyong tema Bhinneka Tunggal Ika dan Kearifan Lokal. Mereka menyajikan peragaan busana daerah, permainan tradisional seperti enggrang dan ketapel. Setiap karya disertai penjelasan — menandakan pemahaman mereka atas makna budaya yang mereka tampilkan.

Baca Juga  Syawalan MKKS SMP/MTs di Al Azhar Yogyakarta, Tradisi Halal Bil Halal Perlu Dilestarikan

“Semua adalah warisan nenek moyang yang mereka jaga, bukan sebagai museum masa lalu tapi sebagai kompas masa depan,” tambah Fajar.

Menumbuhkan Nilai dari Proses, Bukan Sekadar Hasil

Wakil Ketua Bidang Akademik BPPH Al Azhar Yogyakarta, Suhartini MPd, menyampaikan bahwa yang terpenting dari kegiatan P5 adalah proses pembelajarannya. Ia menyoroti nilai-nilai yang tertanam selama siswa mempersiapkan gelar karya ini — mulai dari disiplin, kerjasama, hingga penguatan karakter.

“Teknologi memang penting. Tapi yang utama adalah bagaimana manusia mampu mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya,” kata Suhartini.

Ia juga mengingatkan pentingnya pelestarian budaya lokal, terlebih di Yogyakarta, kota yang lekat dengan etika dan unggah-ungguh. Menurutnya, penguatan identitas lokal menjadi fondasi penting di tengah arus globalisasi yang deras.

“Anak adalah amanah. Mereka bukan hanya investasi dunia, tapi juga akhirat,” ujarnya sambil memberi apresiasi kepada para orang tua yang telah setia mendampingi proses tumbuh kembang anak-anaknya.

Dukungan Jamiyyah dan Kebanggaan Orang Tua

Wakil Ketua Jamiyyah SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta, Bunda Titik Inayati, turut memberikan pandangannya. Menurutnya, gelar karya P5 ini bukan hanya membanggakan siswa, tetapi juga menjadi momen yang menyentuh hati para orang tua. “Anak-anak senang dan bangga bisa mempresentasikan karya-karyanya. Mereka bisa membuktikan rasa cinta terhadap budaya,” ucap Titi.

Ia menilai kegiatan ini menjadi sarana penguatan karakter, keberanian tampil di depan publik, serta menumbuhkan rasa percaya diri. Selain itu, P5 membuka ruang eksplorasi dan inovasi yang penting bagi perkembangan diri siswa secara utuh.

“Teruslah berkreasi dan berinovasi dengan karya-karya baru. Dunia masa depan adalah milik mereka yang percaya bahwa ide dan karakter bisa mengubah segalanya,” imbuh Titi penuh semangat.

Baca Juga  Kunjungan Murid SMPIA 26 Yogyakarta ke PT Marimas Putera Kencana: Belajar Langsung Ilmu Kewirausahaan

Dari nuansa budaya hingga inovasi teknologi, dari permainan tradisional hingga produk kewirausahaan, Gelar Karya P5 SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta berhasil menampilkan wajah masa depan Indonesia yang tetap berakar pada nilai-nilai luhur bangsanya. Auditorium Al Hafidh hari itu bukan sekadar ruang pertunjukan, melainkan saksi tumbuhnya generasi yang mencintai negeri lewat karya dan karakter.

Di tengah derasnya arus digital dan modernisasi, anak-anak ini telah membuktikan bahwa warisan budaya bukan untuk ditinggalkan, tapi untuk dihidupkan — sebagai energi, sebagai jati diri, dan sebagai bekal melangkah menjemput masa depan. (Chaidir)