Hafidh Asrom : Perkuat Ideologi Pancasila untuk Menghadapi Ancaman Komunisme

YOGYAKARTA – Anggota DPD/MPR RI Drs HA Hafidh Asrom MM merasa khawatir dengan adanya “ramalan” bahwa tahun 2030 Indonesia terancam akan menjadi negara komunis.

Hal itu disampaikan Hafidh Asrom dalam acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Pancasila, UUD 2945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika yang diikuti  oleh 160 peserta dari Forum Silaturahim Guru TK – SD – SMP se-Kabupaten Sleman.

Kegiatan yang diadakan di Auditorium Kampus Al Azhar Yogyakarta pada Rabu (6/3/2024) mengundang pemateri Dwi A Yuliantoro PhD yang menyampaikan ceramah tentang “Adab dan Identitas Bangsa”.

Hafidh Asrom mengemukakan bahwa tahun 2030 hanya tinggal 6 tahun lagi. Jika ramalan itu terjadi maka Indonesia dan ideologi bangsa dalam keadaan bahaya. Oleh karena itu saat ini harus diperkuat nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat luas agar Pancasila tetap tegak.

“Saya melihat ramalan disampaikan di youtube. Saya khawatir jika terjadi,” ujarnya.

Hafidh sependapat dengan saran peserta Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bahwa perlu dihidupkan lagi program P4 di tengah masyarakat. Oleh karenanya ia akan menyampaikan ke DPD RI dan MPR RI agar program P4 diadakan lagi di masyarakat.

Sementara itu Manajer Al Azhar Yogyakarta Wolrd Schools Dwi A Yuliantoro PhD mengemukakan, bangsa Indonesia mampu memperkuat ke-Indonesia-annya yang dengan memegang teguh adab, sehingga akan peradaban Indonesia akan tetap kuat.

Saat ini, kata Dwi, kita sudah memasuki era peradaban masyarakat super cerdas yaitu mengacu pada visi masa depan di mana teknologi, kecerdasan buatan, dan inovasi telah mencapai tingkat di mana mereka mengubah fundamental cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi.

“Kita sekarang masuk di era Revolusi Industri 5.0 yang begitu luar biasa,” ujarnya.

Adab merupakan dasar yang sangat penting dalam membangun masyarakat super cerdas. Dalam konteks ini, adab mencakup sikap menghormati, toleransi, empati, dan tanggung jawab terhadap individu lain, lingkungan, serta teknologi yang digunakan.

Baca Juga  Sri Sultan HB X Ungkap Sejarah Berdirinya DIY

Dijelaskan, yang menjadikan bangsa Indonesia itu “Indonesi”a adalah keragaman budaya, suku, agama, dan bahasa yang ada dalam satu kesatuan negara. Indonesia juga dikenal dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda-beda tapi tetap satu”, yang menggarisbawahi pentingnya persatuan dalam keberagaman.

Keberagaman global sangat penting dalam konteks dunia yang semakin terhubung dan saling bergantung. Memahami dan menghargai keberagaman budaya, agama, bahasa, dan tradisi dari berbagai negara dan masyarakat dapat memperkaya pengalaman kita serta membantu membangun hubungan yang lebih harmonis antarbangsa.

Terkait program Profil Pelajar Pancasila, menurutnya, mengacu pada karakteristik atau sifat-sifat yang diharapkan dimiliki oleh seorang pelajar yang mendasarkan perilakunya pada nilai-nilai Pancasila. Ini mencakup sikap hormat, tanggung jawab, keadilan, kesetiaan, gotong royong, serta semangat untuk mencapai kesatuan dan persatuan dalam keberagaman.

Selain itu menjadi pelajar sepanjang hayat yang berkompetensi global adalah individu yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu global, memiliki keterampilan lintas budaya, kemampuan berbahasa asing, serta keterampilan pemecahan masalah yang kompleks dalam konteks global. Mereka juga memiliki kesadaran akan perbedaan budaya, menghargai keberagaman, dan mampu berkolaborasi dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.

Mereka memiliki pemikiran kritis, kreativitas, serta kemampuan beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang. Pelajar sepanjang hayat yang berkompetensi global siap untuk berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian, keadilan, dan keberlanjutan di tingkat lokal maupun global.

Dwi berharap Indonesia malahirkan ilmuwan Muslim sebagai warga dunia yang mampu menjadi pemimpin dunia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila adalah cita-cita yang sangat mulia. Hal ini menggambarkan harapan untuk memiliki pemimpin global yang tidak hanya memiliki keahlian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga mampu memahami, menghargai, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kepemimpinannya. (Chaidir)

Baca Juga  Hafidh Asrom Ajak LP Maarif NU Kerja Sama Mengembangkan Pendidikan Berkelas Internasional