YOGYAKARTA – Implementasi adab dan ilmu pengetahuan yang disinergikan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya dan berpengetahuan. Keduanya harus seiring dan terintegrasi untuk diterapkan dalam setiap mata pelajaran.
Hal itu dikemukakan Kepala SMA Islam Azhar 9 Yogyakarta, Agung Widiyantoro MPd, dalam Rapat Kerja TA 2024-2025 di Auditorium Kampus Al Azhar Yogyakarta, Jum'at 1 Maret 2024.
Dalam teori adab mengacu pada nilai-nilai moral, etika, dan perilaku yang baik, sementara ilmu pengetahuan melibatkan pemahaman dan penerapan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan pembelajaran.
Dengan menggabungkan kedua aspek ini, maka dapat menciptakan lingkungan di mana pengetahuan tidak hanya digunakan untuk kepentingan pribadi atau materi, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup bersama dan menjaga harmoni sosial.
Raker dilaksanakan setelah sebelumnya sekolah melaksanakan evaluasi program yang sudah dijalankan. Agung Widiyantoro menyampaikan bahwa harus senantiasa bersyukur kepada Allah karena program-program yang sudah dijalankan berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi murid SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta.
“Kemarin sudah dilaksanakan evaluasi semoga yang apa yang menjadi evaluasi dijadikan inventaris, kemudian diidentifikasi, dikumpulkan kemudian dikategorisasikan untuk selanjutnya dilaksanakan pengembangan,” kata Agung. Identifikasi, refleksi dan benahi sebagai bentuk evaluasi dari program yg sudah dijalankan.
Agung menegaskan bahwa program yang harus terus dilaksanakan adalah terkait dengan implementasi adab. Setelah mengawal dan melaksanakan implementasi adab dilanjutkan bicara tentang bagaimana transfer knowledge, bagaimana tentang pengetahuan pelajaran dan sebagainya.
Hal itu bukan hal yang mudah, tentu butuh yang namanya sinergi untuk beriringan dan terintegrasi dengan penerapan adab di setiap mata pelajaran.
Dalam raker Agung bahwa perbaikan harus dilakukan berkelanjutan. “Tidak ada perbaikan itu sekali, jadi untuk menjadi sempurna maka perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan menjadi keharusan,” ujar Agung.
Salah satu tantangan sebagai guru dalam menghadapi perkembangan teknologi adalah mengajarkan kepada murid untuk mampu memanajemen diri terkait penggunaan teknologi. Agung mengatakan bahwa dampak teknologi digital dan medsos adalah daya konsentrasi murid menjadi pendek, sehingga ini menjadi tantangan bersama bagaimana mengelola dan mengatasi kondisi tersebut.
Sekolah optimis, jika program-program yang disusun untuk Tahun Ajaran 2024-2025 mampu memenuhi kebutuhan murid-murid generasi Z untuk membantu meraih cita-cita yang dilandasi dengan akhlak mulia. (Setyo Eko)