SLEMAN – Bidang Keagamaan BPPH Al Azhar Yogyakarta menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Auditorium Al Hafidh Kampus 1 Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS), Sabtu (19/10/2024). Acara berlangsung dengan khidmat dan dihadiri oleh para guru, karyawan, serta pengurus Jamiyyah dari berbagai unit AYWS.
Dalam peringatan Maulid, para hadirin diajak untuk mengenang kembali kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai sosok teladan yang membawa ajaran Islam dengan penuh kasih sayang, akhlak mulia, dan keadilan. Acara diisi dengan khotmil Quran dan pembacaan shalawat yang diiringi dengan hadrah dari tim Ahbabul Musthpfa Yogyakarta.
Kehadiran para pengurus Jamiyyah memberikan dukungan moral dan spiritual dalam acara. Hal itu menunjukkan kekompakan serta kebersamaan antara para pendidik, staf, dan wali murid dalam memperingati hari besar Islam.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Al Azhar Yogyakarta menjadi momentum untuk mempererat silaturahmi, meningkatkan rasa syukur, dan memperteguh komitmen dalam menanamkan nilai-nilai Islam di lingkungan pendidikan.
Acara Maulid Nabi Muhammad AYWS menghadirkan penceramah Ustadz drh H Agung Budiyanto MP PhD, Wakil Dekan 1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Dalam ceramahnya, Ustadz Agung menyampaikan pentingnya meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. Beliau juga mengajak hadirin untuk merenungkan makna cinta kepada Rasulullah dengan mengimplementasikan ajaran-ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam mendidik generasi muda.
Persoalan Keghoiban
Ustadz Agung menyoroti fenomena di kalangan umat Islam saat ini yang cenderung menganggap remeh persoalan keghoiban. Ia menekankan bahwa banyak orang mencoba melogikakan keghoiban atau hal-hal yang bersifat ghaib, padahal keghoiban itu sendiri berada di luar jangkauan kemampuan dan nalar manusia.
Ia menjelaskan bahwa kepercayaan kepada hal-hal ghaib merupakan salah satu pilar penting dalam keimanan seorang Muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam Alqur'an. Konsep ghaib mencakup berbagai hal, mulai dari keberadaan malaikat, takdir, hingga hari kiamat yang seemua itu adalah rahasia Allah yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia secara sempurna.
Dalam pesannya, Ustadz Agung mengajak para hadirin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menerima segala sesuatu yang berkaitan dengan keghoiban dengan iman yang kokoh, bukan dengan mencoba memahaminya secara logika semata.
“Intinya keimanan kepada yang ghaib sebagai bagian dari ajaran Islam,” tegas Ustadz Agung.
Ceramah yang penuh hikmah ini menambah kedalaman spiritual bagi seluruh hadirin, sekaligus menjadi pengingat bahwa keimanan kepada keghoiban adalah bagian dari keyakinan yang harus dijaga dan diimani tanpa ragu.
Ia menyinggung contoh konkret dari keghoiban yang pernah terjadi dalam sejarah Islam, yakni peristiwa di Gua Tsur. Peristiwa ini terjadi saat Nabi Muhammad SAW bersama sahabatnya, Abu Bakar, dikejar oleh kaum kafir Quraisy yang berjumlah sekitar 200 orang. Mereka hendak menangkap Nabi saat beliau hijrah ke Madinah.
Dalam keadaan terdesak, Nabi Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di dalam Gua Tsur. Namun, keajaiban terjadi. Allah SWT memberikan perlindungan-Nya melalui sarang laba-laba dan sebatang pohon yang tumbuh di depan pintu gua. Meskipun baru saja Nabi Muhammad masuk ke dalam gua, kaum Quraisy yang mengejar melihat bahwa pintu gua tersebut sudah tertutup oleh sarang laba-laba yang terlihat seolah-olah sudah lama tidak terjamah. Kaum kafir pun menyangka tidak mungkin ada orang di dalam gua itu dan mereka pun pergi tanpa memeriksa lebih jauh.
“Peristiwa ini adalah salah satu bentuk nyata dari keghoiban, dimana akal manusia tidak mampu memahaminya secara logis,” jelas Ustadz Agung.
Ini merupakan mukjizat dan pertolongan Allah yang melampaui keterbatasan kemampuan manusia. Kejadian ini mengajarkan bahwa Allah SWT selalu melindungi hamba-Nya yang beriman, dan bahwa keghoiban adalah bukti kekuasaan Allah yang tidak dapat dijelaskan dengan akal semata.
Ustadz Agung mengingatkan bahwa keghoiban seperti ini harus diimani, karena merupakan bagian dari kekuatan dan kehendak Allah SWT yang berada di luar jangkauan logika manusia.
Dalam ceramahnya, Ustadz Agung Budiyanto juga mengaitkan perkembangan pesat Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) dengan adanya kekuatan ghaib, yaitu pertolongan Allah SWT. Menurutnya, keberhasilan yang diraih oleh AYWS bukan hanya hasil kerja keras manusia semata, tetapi ada campur tangan Allah yang membantu dan melancarkan setiap langkah kemajuan yang telah dicapai.
Menurutnya, pertolongan Allah merupakan bentuk keghoiban yang harus disadari dan disyukuri. Dijelaskan bahwa ketika sebuah lembaga pendidikan seperti AYWS berkembang dengan pesat dan mendapat pengakuan internasional, itu menunjukkan adanya berkah dan ridha Allah SWT. Pertolongan ini datang melalui berbagai cara, mungkin dalam bentuk kelancaran program, dukungan dari berbagai pihak, atau keberhasilan siswa-siswa dalam meraih prestasi.
Ia mengajak seluruh hadirin untuk selalu mengandalkan Allah dalam setiap usaha mereka, menjaga niat yang ikhlas, dan senantiasa bertawakal. Di balik setiap kemajuan yang terlihat, ada kekuatan ghaib yang melibatkan pertolongan Allah SWT.
Ustadz Agung mengingatkan para hadirin untuk tidak terjebak dalam kebiasaan mencoba melogikan segala sesuatu yang berkaitan dengan keghoiban. Menurutnya, jika setiap aspek keghoiban selalu dipaksa untuk dijelaskan secara logika atau akal manusia, maka itu adalah tanda dari pemikiran yang sekuler, di mana agama dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan dari hal-hal yang bersifat spiritual.
“Mencoba merasionalisasi keghoiban adalah ciri-ciri pemikiran sekuler, yang berpotensi melemahkan iman seseorang,” tegasnya.
Ia menegaskan kembali bahwa keghoiban adalah sesuatu yang tak bertepi dan tak bisa dilogikan. Keghoiban berada di luar batas pemahaman manusia dan merupakan urusan Allah semata. Keghoiban adalah rahasia Ilahi yang berada di luar jangkauan logika manusia. Keghoiban mencerminkan kekuasaan dan kehendak Allah yang tak terbatas, sehingga manusia harus menerima dan mengimaninya tanpa mencoba merasionalisasikan atau melogikannya.
Ditanamkan Sejak Dini
Ustadz Agung dalam ceramahnya juga menyampaikan harapannya agar pemahaman tentang keghoiban ditanamkan kepada para siswa sejak dini. Penting menumbuhkan kesadaran di kalangan anak-anak, terutama di era sekarang, di mana mereka tumbuh dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh logika dan rasionalitas.
Generasi muda, lanjut Agung, perlu memahami bahwa tidak semua hal dalam hidup bisa dijelaskan secara logika, dan ada aspek keimanan yang melibatkan keghaiban. Dengan menanamkan pemahaman ini sejak dini, diharapkan para siswa akan tumbuh dengan keseimbangan antara pemikiran logis dan keyakinan spiritual, serta memiliki keimanan yang kokoh terhadap hal-hal ghaib seperti yang diajarkan dalam Islam.
Ia menegaskan bahwa tanpa pemahaman yang baik tentang keghoiban, ada risiko generasi muda menjadi terlalu bergantung pada rasionalitas dan mengabaikan aspek spiritual yang sangat penting dalam kehidupan beragama. (Chaidir)