SLEMAN – Jumat pagi (18/7/2025) menjadi momen yang istimewa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Sleman. Sebuah paket yang penuh makna tiba di madrasah ini yaitu Alquran Braille yang diwakafkan untuk para siswa tunanetra. Bantuan dari Wakaf ESQ yang bekerja sama dengan Wakaf Al Azhar ini disalurkan melalui LAZ Al Azhar Yogyakarta, membawa harapan baru bagi mereka yang selama ini membaca Alquran dengan ujung jari.
Paket Alquran Braille diserahkan langsung oleh Kepala LAZ Al Azhar Yogyakarta, Muchlas Madani, kepada Kepala MAN 2 Sleman, Drs H Wiranto MPd. Turut menyaksikan prosesi ini Supervisor LAZ Al Azhar Yogyakarta Sujarwo Putra, Wakil Kepala Bidang Humas MAN 2 Sleman Suratini, serta Sari Tiwi dari Unit Layanan Difabel (ULD). Di antara mereka juga hadir Ali Masruhin, siswa penyandang tunanetra yang menjadi simbol semangat para pelajar difabel.
Dalam suasana penuh syukur dan haru, Drs H Wiranto MPd menyampaikan apresiasinya atas bantuan tersebut. “Kami bersyukur atas perhatian ini. Selama ini Alquran Braille yang kami miliki hanya lima, itu pun tidak lengkap karena digunakan bergantian oleh lebih dari 20 siswa tunanetra,” ungkapnya.
Sebagai madrasah inklusi satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) MAN 2 Sleman menjadi rumah bagi para pelajar difabel dari berbagai daerah di Indonesia. Tak sedikit dari mereka berasal dari keluarga dhuafa.
Wakil Kepala Bidang Humas Suratini menambahkan bahwa selain Alquran Braille, para siswa juga sangat membutuhkan kitab hadist Braille. “Saat ini kami baru punya dua kitab hadist Braille, sisanya hanya Fiqih Ibadah dan Majalah Gema Braille,” jelasnya.
Muchlas Madani menyatakan bahwa ini adalah kali pertama LAZ Al Azhar Yogyakarta menyalurkan Alquran Braille. “Kami mohon jika ada kekurangan, segera informasikan agar bisa kami perbaiki. Kami terbuka untuk menambah bantuan di masa mendatang,” ucapnya tulus.
Tak hanya itu, Muchlas juga mengenalkan program pemberdayaan Rumah Gemilang Indonesia (RGI) Yogyakarta. Di RGI, anak-anak dhuafa diberi pelatihan keterampilan seperti memasak profesional (chef) selama enam bulan dengan sistem asrama. “Mereka hanya perlu bisa membaca. Latar belakang pendidikan beragam dari SD, SMP, hingga SMA. Lima bulan latihan, satu bulan magang di restoran. Ini ikhtiar kami membantu generasi muda mandiri,” paparnya.
Supervisor LAZ Al Azhar Yogyakarta, Sujarwo Putra, menambahkan bahwa kerja sama lebih luas bisa dijalin antara RGI dan MAN 2 Sleman. “Kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi siswa difabel atau dari keluarga kurang mampu untuk belajar keterampilan di RGI. Silakan datang langsung melihat pembelajarannya,” katanya.
Sementara itu, data dari ULD yang disampaikan oleh Sari Tiwi menegaskan betapa besarnya amanah ini. Total terdapat 30 siswa penyandang disabilitas di MAN 2 Sleman terdiri dari 1 difabel daksa, 4 grahita ringan, 2 slow learner, 21 difabel netra, 2 ADHF, dan 1 difabel mental. Mereka datang dari berbagai penjuru Indonesia, dari Aceh hingga Palembang, dari Ngawi hingga Kebumen.
Di tengah keterbatasan, mereka belajar dengan sepenuh hati. Dengan Alquran Braille di jari-jemari mereka, hadir kekuatan baru untuk mengenal Kalam Ilahi, menghapalnya, dan menjadikannya cahaya dalam hidup yang tak selalu terang. Bantuan ini, meski hanya satu paket, bagaikan pelita kecil yang menyinari lorong panjang perjuangan anak-anak luar biasa ini. (Chaidir)