Komunikasi Sehat, Keluarga Kuat Komunikasi Keluarga Anda Berada di Level Berapa?

Oleh: Ailsa Kalyla

Keluarga adalah salah satu sistem terpenting dalam tata kehidupan kita. Peran yang dimiliki oleh keluarga sangatlah besar, khususnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tanpa kehadiran keluarga, anak tidak akan bisa tumbuh dan berkembang secara maksimal. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita dapat memastikan bahwa keluarga kita adalah tempat yang aman dan berkualitas untuk berdinamika.

Terdapat beberapa aspek kekuatan yang dapat mendorong keberlanjutan dan perubahan dalam keluarga ke arah yang lebih baik. Aspek-aspek tersebut adalah apresiasi dan afeksi, komunikasi positif, kesejahteraan spiritual dan nilai dalam keluarga, komitmen pada keluarga, waktu bersama yang menyenangkan, serta kemampuan mengelola stres dan krisis dengan efektif. Kali ini, penulis akan membahas mengenai aspek komunikasi positif dalam keluarga. Bagaimana sih, bentuk komunikasi yang positif itu?


Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/id/foto/close-up-keluarga-berdiskusi-di-sofa-gm699788978-129546557?phrase=family discussion

Komunikasi yang positif mencakup pemberian pujian dan apresiasi kepada anggota keluarga. Komunikasi positif juga ditandai dengan anggota keluarga yang mampu berbagi mengenai perasaan mereka secara terus terang tanpa harus menyalahkan satu sama lain. Selain itu, keluarga yang memiliki komunikasi positif akan mampu berkompromi untuk mencapai suatu kesepakatan ketika terdapat perbedaan pendapat di antara mereka.

Sangatlah penting bagi keluarga untuk memiliki komunikasi yang positif dengan satu sama lain. Komunikasi yang positif dapat menghindarkan keluarga dari kesalahpahaman, juga dapat membangun kepercayaan serta memperoleh rasa saling menghormati. Selain itu, keluarga dapat tetap saling terhubung dengan satu sama lain. Sayangnya, masih banyak keluarga yang tidak menyisihkan waktunya untuk berbincang bersama. Hal tersebut menyebabkan hilangnya koneksi antar anggota keluarga tersebut. Lalu, komunikasi seperti apa yang dapat menciptakan koneksi keluarga yang dalam dan erat? Berikut ini adalah beberapa level komunikasi yang dapat diperhatikan dalam keluarga. Yuk, disimak!

Level 1: Percakapan Klise

Percakapan klise adalah percakapan yang seringkali kita lakukan dengan orang asing atau biasa disebut basa-basi. Biasanya, percakapan seperti ini hanya dilakukan sebagai formalitas, seperti bertanya mengenai kabar, apa rencana untuk hari ini, dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Tidak ada salahnya melakukan percakapan klise seperti itu, karena masyarakat sosial tetap menghargai hal seperti demikian. Hanya saja, percakapan semacam itu tidak membentuk suatu koneksi yang mendalam dengan seseorang.

Level 2: Melaporkan Fakta

Percakapan yang melaporkan sebuah fakta biasanya berlangsung singkat dan jelas. Percakapan semacam ini biasanya tidak melibatkan banyak perasaan dan hanya bertujuan untuk menyatakan tugas yang harus dilakukan. Tugas-tugas tersebut biasanya berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari: “Aku agak sibuk, bisa tolong antar anak kita ke sekolah hari ini?” “Persediaan susu anak kita habis. Tolong belikan waktu kamu pergi nanti, ya.” Percakapan tipe ini dilakukan untuk bertahan hidup, bukan untuk membangun sebuah koneksi.

Level 3: Berbagi Opini

Pada level ini, individu membuka percakapan dengan opini. Tujuannya adalah untuk memicu lebih banyak diskusi. Opini yang disampaikan dapat berdasarkan suatu fakta atau perasaan yang dimiliki. Sebagai contoh, “Menurutku akan lebih baik jika keluarga kita berlibur di rumah nenek daripada pergi ke luar negeri. Sudah lama kita tidak mengunjungi rumah nenek.” Dengan memulai percakapan seperti demikian, diharapkan akan lebih banyak diskusi yang muncul di dalam keluarga. Akan tetapi, jangan sampai komunikasi terhenti pada level ini.

Baca Juga  Bikin Bangga, Murid Al Azhar Yogyakarta Berhasil Borong Medali di Kejuaraan Taekwondo Walikota Cup IX 2022.

Percakapan pada level ini memang memberikan kesempatan bagi keluarga untuk lebih membuka diri. Keluarga juga berkesempatan untuk berbagi mengenai perasaannya secara lebih mendalam. Namun, jika dilakukan terus-menerus, diskusi akan lebih terasa seperti ceramah kepada anggota keluarga. Alangkah baiknya jika kita juga bertanya mengenai pendapat dan pandangan anggota keluarga yang lain terhadap opini yang kita sampaikan.


Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/id/foto/kunjungi-orang-tuamu-mereka-senang-melihatmu-gm1159310881-316949032?phrase=family discussion

Level 4: Berbagi Perasaan dan Kebutuhan

Level komunikasi ini adalah standar emas dari komunikasi. Komunikasi pada level ini menandakan bahwa keluarga telah mencapai sebuah koneksi emosional dengan kedalaman tertentu. Keluarga telah membangun sebuah hubungan yang aman dan kuat, memberikan kesempatan bagi setiap anggotanya untuk terbuka mengenai perasaan dan kebutuhan terdalamnya dengan satu sama lain. Pada level ini, keluarga akan saling mendengarkan dengan saksama terhadap apa yang diutarakan oleh anggota keluarga yang lain. Dengan mengekspresikan perasaan dan kebutuhan yang dimiliki, koneksi antar anggota keluarga akan terbentuk semakin erat lagi. Contoh komunikasi pada level ini adalah, “Aku tidak keberatan kalau kamu mau pergi bersama teman-temanmu, tapi aku merasa khawatir ketika kamu tidak menjawab telepon dalam waktu yang lama.” Sebagaimana contoh tersebut komunikasi pada level ini, anggota keluarga dapat saling menyatakan sebuah ketidaksetujuan namun dengan cara yang baik.

Level 5: Kejujuran Penuh

Level ini menandakan rasa nyaman dan intimasi dalam keluarga. Pada level kelima, kepercayaan dan rasa aman dalam keluarga menjadi semakin dalam. Keluarga mampu menyatakan perasaan dan kebutuhan yang biasanya sangat sulit untuk diekspresikan. Anggota keluarga yang lain pun akan mendengarkan secara aktif dan dapat memahaminya: “Aku membutuhkanmu, tolong hargai aku.” Komunikasi pada level ini juga dapat digunakan ketika ingin meredakan ketegangan dalam suatu konflik yang sedang memanas. Pemahaman yang mendalam terhadap perasaan dan kebutuhan satu sama lain akan membuat keluarga merasa lebih baik: “Aku tahu kamu marah. Duduklah, ceritakan padaku apa yang terjadi. Biarkan aku membantu.”


Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/id/foto/generasi-berbeda-wanita-berbicara-berpegangan-tangan-memberikan-dukungan-psikologis-gm1208113592-349074259?phrase=family discussion

Dari kelima kategori komunikasi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan komunikasi yang sehat memiliki kemampuan yang baik untuk mendengarkan. Mereka tidak berusaha untuk saling membaca pikiran, melainkan bertanya untuk memahami satu sama lain. Kelima kategori tersebut dapat kita pandang sebagai sebuah tangga yang akan membawa keluarga pada kondisi keluarga yang bahagia dan sehat secara emosional.

Baca Juga  Al Azhar Yogyakarta World Schools Kedatangan Tamu Bule dari Belanda!

Komunikasi pada level empat dan lima masih jarang diterapkan di dalam keluarga. Banyak keluarga, khususnya pada masa-masa sibuk, terjebak pada level komunikasi pertama dan kedua – hanya berupa formalitas dan kalimat-kalimat singkat yang tidak melibatkan perasaan. Tentu saja hal tersebut tidak menyenangkan, bukan? Keluarga tidak akan terasa seperti keluarga, melainkan seperti orang asing yang tinggal di bawah atap yang sama.

Lalu, bagaimana caranya supaya keluarga kita bisa tetap memiliki komunikasi yang positif dan hangat, dalam kondisi apapun? Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat diterapkan untuk menjaga komunikasi yang baik dalam keluarga.

1. Memberikan setidaknya satu pujian kepada tiap anggota keluarga setiap hari. Hal ini akan menciptakan suasana yang positif di dalam keluarga dan membuat keluarga merasa baik terhadap dirinya sendiri.

2. Melakukan percakapan rutin selama minimal 5-10 menit dalam sehari dengan tiap anggota keluarga. Dengan melakukan hal tersebut, kita akan tetap terhubung dengan keluarga dan menghindari terciptanya jarak dalam komunikasi.

3. Jadikan keluarga sebagai prioritas. Hal ini bukan berarti keluarga membatasi anggotanya untuk berkembang dan meraih tujuan individual. Keluarga mampu menyampingkan tujuan atau aktivitas yang dapat mengancam kebersamaan keluarga. Akan tetapi, keluarga tetap memberikan kebebasan serta dukungan kepada anggotanya untuk meraih tujuan yang dimiliki masing-masing orang.

4. Menghabiskan minimal satu jam yang berkualitas dalam seminggu dengan anggota keluarga, baik satu lawan satu maupun dengan seluruh anggota keluarga. Kebahagiaan seringkali bersumber dari aktivitas yang dilakukan bersama dengan keluarga. Aktivitas tersebut bahkan tidak memerlukan uang yang banyak, hanya berupa aktivitas sederhana saja. Contoh aktivitas tersebut adalah makan bersama, berkemah, menonton film dan bermain bersama, serta masih banyak lagi. Ritual tahunan seperti merayakan hari raya Idul Fitri bersama secara rutin setiap tahunnya pun dapat mempererat hubungan dalam keluarga.

5. Mengadakan pertemuan keluarga ketika ada masalah yang muncul. Hal ini dapat dilakukan dengan harapan seluruh anggota keluarga dapat bekerja sama dalam mengatasinya.


Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/id/foto/orang-tua-meksiko-duduk-mendengarkan-putri-remaja-gm1137469598-303339589?phrase=family discussion

Demikianlah tips yang dapat kita coba terapkan untuk menjaga ikatan keluarga tetap kuat dan sehat. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional sekiranya keluarga menemukan masalah yang sulit untuk diatasi sendiri. Dengan demikian, kita dapat mencegah terjadinya masalah yang lebih besar lagi dan menjaga keutuhan yang dimiliki keluarga. Jadi, apa yang akan Anda lakukan untuk menjaga maupun meningkatkan kualitas komunikasi dalam keluarga? ????

 

Referensi:

Olson, D. H., Defrain, J., & Skogrand, L. (2013). Marriages and families: Intimacy, diversity, and strengths (8th ed.). McGraw-Hill Education.

Smith, S. (2017, March 30). 5 Levels of Communication Your Marriage Needs. Marriage.com. https://www.marriage.com/advice/communication/levels-of-communication-in-marriage/

Carlson, P. (2017, May 8). 5 Levels of Communication That Build Connection. Connected Marriage. https://connectedmarriage.org/5-levels-of-communication/