Menanam Kepedulian, Menjaga Bumi: Aksi Nyata Pendidikan Perubahan Iklim di SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari

WONOSARI — Suasana hangat dan penuh semangat terasa di lingkungan SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari ketika tim dari Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah bersama pengawas SMP melaksanakan kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Pendidikan Perubahan Iklim pada September 2025 lalu. Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi seluruh warga sekolah untuk menunjukkan komitmen mereka dalam membangun budaya peduli lingkungan dan melaksanakan pendidikan yang berkelanjutan.

Kegiatan diawali dengan sambutan dari Kepala Satuan Pendidikan SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari, Fathul Mujib MPdI, yang memaparkan profil sekolah, visi, dan misi yang telah terintegrasi dengan pendidikan perubahan iklim. Visi sekolah menekankan nilai-nilai Islami, Nasionalis, Tumbuh, Empati, Global, Responsif, Intelektual, Teknologi, Art, dan Sinergi sebagai landasan membentuk karakter murid yang peduli terhadap lingkungan. Sementara itu, misi sekolah berfokus pada penguatan budaya peduli lingkungan, penciptaan iklim sekolah yang berkelanjutan, serta peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang berwawasan ekologi.

Dalam kesempatan tersebut, sekolah juga memaparkan hasil implementasi pendidikan perubahan iklim di SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari. Paparan diawali dengan penjelasan mengenai kondisi geografis Gunungkidul yang beriklim tropis dengan topografi perbukitan karst. Struktur tanah karst membuat air hujan cepat meresap dan membentuk gua-gua serta sungai bawah tanah. Kondisi alam ini menginspirasi sekolah untuk mengembangkan berbagai strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui kegiatan belajar dan budaya sekolah yang ramah lingkungan.

Berbagai upaya nyata telah dilakukan sekolah untuk mendukung pendidikan perubahan iklim. Di antaranya adalah penciptaan ruang terbuka hijau seperti Ruang Auditorium yang tetap mempertahankan pohon-pohon di dalamnya, pembangunan agro citra lab untuk menanam sayuran, serta pagar hijau dari tanaman hidup. Dari sisi sarana prasarana, sekolah menyediakan area bebas rokok, ventilasi udara alami di setiap ruangan, serta fasilitas sanitasi ramah lingkungan seperti tempat cuci tangan, penyaringan air, dan stiker pengingat hemat air.

Baca Juga  Student Led Conference: Langkah Strategis Wujudkan Generasi Emas 2045

Dalam bidang pengelolaan sampah, guru dan murid bersama-sama membuat pupuk kompos, mengolah sampah menjadi karya kreatif, dan menyediakan tempat sampah terpilah di berbagai sudut sekolah.

Sekolah juga aktif mengurangi penggunaan kertas dengan memanfaatkan Google Drive untuk penyimpanan file, serta memanfaatkan mading bertema perubahan iklim sebagai media edukatif.

Nilai-nilai pendidikan perubahan iklim juga diintegrasikan dalam pembelajaran. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, guru mengajak siswa menulis dan berdiskusi tentang suara alam dan perubahan iklim. Selain itu, berbagai proyek aksi nyata telah dilakukan, seperti penanaman satu juta pohon bekerja sama dengan Kemenag, pemasangan stiker hemat energi di setiap saklar lampu, serta program pembagian bibit pohon bersama Dinas Lingkungan Hidup kepada masyarakat sekitar. Dalam pembelajaran IPA, siswa diajak mengamati lingkungan sekolah sebagai laboratorium alam untuk merancang eksperimen sederhana.

Budaya ramah iklim juga tumbuh dalam keseharian warga sekolah. Guru dan murid membiasakan makan bersama menggunakan piring dan tumbler pribadi, serta menggunakan transportasi umum. Guru memanfaatkan media sosial, video, dan artikel untuk menyebarkan edukasi lingkungan, sementara siswa dan alumni menunjukkan kreativitasnya melalui karya inovatif seperti KAFIAR (Kran Filtrasi Air) dan gerakan ISHMAK (Infaq Seribu Sehari) yang memanfaatkan botol bekas untuk kegiatan sosial.

Kegiatan monitoring dan evaluasi ini mendapat tanggapan positif dari pihak Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah. Tim monev menilai bahwa SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari telah berhasil mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim dalam seluruh aspek sekolah, mulai dari kurikulum, kegiatan belajar, hingga budaya keseharian.

Pihak Ditjen juga memberikan beberapa masukan agar program pendidikan ini terus berkembang, antara lain perlunya memperkuat kesadaran siswa terhadap kondisi geografis Gunungkidul, mengenalkan bahan pangan lokal, serta memperdalam kolaborasi dalam program penanaman dan penghijauan.

Baca Juga  Prof. James Cohen: Menghapal Nama Murid Adalah Langkah Awal Menghargai Mereka

Selain itu, Ditjen juga menekankan pentingnya evaluasi berkelanjutan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan, seperti pembagian bibit pohon kepada masyarakat. Evaluasi tersebut diharapkan dapat memastikan bahwa bibit yang ditanam tumbuh dengan baik dan memberikan dampak nyata bagi lingkungan sekitar. Kegiatan diakhiri dengan apresiasi dan semangat untuk terus memperkuat kolaborasi.

SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari diharapkan dapat menjadi contoh inspiratif bagi sekolah-sekolah lain dalam menerapkan pendidikan perubahan iklim secara nyata. Dengan semangat Islami, peduli, dan berkelanjutan, sekolah ini berkomitmen untuk menyiapkan generasi yang tangguh, berkarakter, dan siap menjaga bumi untuk masa depan yang lebih baik. (Putri Sari)