Mujahadah di Gedung Matarindo : Mengenang Sejarah, Menyongsong Masa Depan Laboratorium Entrepreneur AYWS

SLEMAN – Selasa malam (22 Juli 2025) terasa istimewa di Gedung PT Matarindo, bangunan tua yang menyimpan jejak kejayaan industri mebel di Yogyakarta. Di tempat yang dulu menjadi pusat produksi furniture ternama itu, lantunan ayat-ayat suci Alquran, tahlil, tahmid, tasbih, dan doa menggema dari keluarga besar Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) dalam suasana khusyuk penuh harap.

Malam itu, mereka menggelar mujahadah — doa bersama sebagai wujud rasa syukur sekaligus pengiring ikhtiar besar menuju masa depan. Gedung Matarindo kini diproyeksikan menjadi Laboratorium Academic Center AYWS, khususnya Laboratorium Entrepreneur, yang akan mencetak generasi muda dengan semangat wirausaha dan kemandirian ekonomi sejak dini.

Nia Fernanda.

Acara dibuka dengan salat Maghrib berjamaah, dilanjutkan mujahadah yang dipimpin Ustaz Muhammad Iqbal Ghozali, salat Isya berjamaah, makan malam bersama, dan puncaknya mendengarkan kisah langsung dari pendiri Matarindo sekaligus Ketua Yayasan Asram, Drs HA Hafidh Asrom MM.

Dalam kisahnya, Hafidh mengungkapkan bahwa lahan seluas 5 hektare tempat berdirinya gedung Matarindo adalah hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang pada dekade 1980-an masih dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi. Perkenalan mereka terjadi secara tidak sengaja, namun penuh makna.

“Saat itu saya mengikuti pameran furniture di Hotel Tugu Yogyakarta, sekitar tahun 1987. Kebetulan stand saya menarik perhatian Pangeran Mangkubumi dan Ibu Tatiek Dradjad Supriastuti, yang sekarang kita kenal sebagai GKR Hemas,” cerita Hafidh.

Pangeran Mangkubumi dan Tatiek tertarik dengan kualitas dan desain mebel Hafidh, hingga mengundangnya untuk mengisi dan menata rumah pribadi mereka di kawasan Madukismo. Di situlah kepercayaan pertama dibangun.

“Saya diminta mengisi rumah Madukismo. Waktu itu mereka belum menjadi Raja dan Permaisuri. Saya tangani dengan sepenuh hati, dan Alhamdulillah hasilnya membuat mereka puas,” kata Hafidh mengenang. Kepuasan itu menjadi awal dari hubungan yang kian erat.

Baca Juga  Hafidh Asrom Paparkan Visi AYWS dalam Temu Alumni HMI FEB UGM

Tak lama setelah proyek Madukismo selesai, Pangeran Mangkubumi kembali meminta Hafidh ikut membantu penataan menjelang penobatan sebagai Raja Kraton pada 7 Maret 1989.

“Waktu itu Pangeran Mangkubumi datang ke toko saya dan saya diajak ke Kraton. “Saya diajak sendiri oleh beliau ke Kraton, dan beliau menyopiri mobilnya sendiri,” tutur Hafidh.

Acara Jumenengan sukses, kemudian Hafidh ditugaskan untuk menata mebel dan ruangan di Kraton Kilen yang akan ditempat keluarga Sri Sultan HB X. Setelah membantu penataan Kraton Kilen, Hafidh kembali dipercaya menata rumah keluarga Sultan di Menteng, Jakarta. Hingga akhirnya, sebagai bentuk penghargaan, beliau dihadiahi sebidang lahan yang kini menjadi pusat industri mebel Matarindo dan akan bertransformasi menjadi pusat edukasi kewirausahaan.

“Dulu di kawasan ini masih banyak kebun tebu,” katanya, sambil menunjuk area sekitar yang kini mulai ditata menjadi co-working space modern dan inkubator bisnis.

Kini, gagasan untuk menghidupkan kembali gedung bersejarah ini dalam bentuk Laboratorium Entrepreneur adalah wujud kepedulian Hafidh terhadap pentingnya kemandirian ekonomi dan pembentukan karakter wirausaha bagi siswa.

Pengelolaannya dipercayakan kepada Nia Fernanda, pengusaha muda yang sudah terbukti sukses dan berintegritas. “Keinginan untuk membuat laboratorium sudah sepuluh tahun lalu dan baru sekarang terwujud,” ujar Hafidh.

Visi dan Fungsi Laboratorium Entrepreneur

Laboratorium ini tidak hanya sekadar ruang kelas, tetapi akan menjadi pusat pelatihan bisnis dan inkubasi usaha. Fasilitasnya meliputi peralatan produksi kecil-menengah,  ruang display dan toko produk, pelatihan digital marketing, manajemen usaha, keuangan, mentoring langsung dari mitra industri dan UMKM lokal
Misi dan Dampak Jangka Panjang

Laboratorium ini diharapkan menjadi pusat pembentukan karakter kewirausahaan sejak usia sekolah, jembatan antara teori dan praktik dunia usaha, pelatihan bagi alumni dan masyarakat umum yang ingin belajar berwirausaha, dan engembangan ekonomi dan kreatif yang berpandangan global.

Lebih jauh lagi, AYWS ingin menjadikan laboratorium ini sebagai model pendidikan karakter berbasis entrepreneur bagi sekolah-sekolah Al Azhar dan pesantren di bawah naungan Yayasan Asram. Tujuan akhirnya adalah melahirkan generasi muda muslim yang tangguh, jujur, dan mandiri serta mampu memperkuat ekonomi rakyat.

Baca Juga  IPHI DIY dan Tanggung Jawab Moral: Krisis Harus Dijawab dengan Aksi Nyata

Malam mujahadah di gedung tua itu pun menjadi penanda bahwa sejarah bukan sekadar kenangan masa lalu, melainkan fondasi untuk menyongsong masa depan. Dari rumah Madukismo hingga Kraton, dari showroom mebel hingga laboratorium modern — Hafidh Asrom telah membuktikan bahwa perjalanan hidup bisa menjadi sumber inspirasi besar bagi generasi selanjutnya. (Chaidir)