TANGERANG – Pada Senin 28 April 2025, matahari belum sepenuhnya tinggi ketika langkah-langkah kecil namun penuh semangat terlihat menyusuri halaman Universitas Terbuka Convention Center, Tangerang Selatan. Di balik teriknya cuaca dan kemacetan pagi yang menyita waktu dan tenaga, sekelompok siswa dari SD Islam Al-Azhar 31 Yogyakarta tampak bersemangat mengikuti Final KMNR Ke-20 — singkatan dari Kompetisi Matematika Nalaria Realistik.
Bukan tanpa perjuangan, kehadiran mereka di ajang bergengsi tingkat nasional ini adalah hasil dari serangkaian seleksi panjang yang telah dimulai sejak awal tahun. Mulai dari babak penyisihan di sekolah pada Januari, kemudian berlanjut ke semifinal yang berlangsung di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada Februari lalu. Dari proses itulah, terpilih 10 siswa terbaik dari berbagai jenjang, mulai dari kelas 1, 2, 3, 5 hingga 6, untuk mewakili sekolah ke babak final. Mereka didampingi oleh empat guru yang penuh dedikasi.
Meski perjalanan menuju venue tidak mudah — bahkan beberapa siswa harus turun dari kendaraan dan berjalan kaki agar tidak terlambat — semangat kompetisi tak luntur sedikit pun. Sebaliknya, tantangan itu menjadi pemantik semangat mereka untuk tampil maksimal.
Dan benar saja, perjuangan mereka tidak sia-sia. Tiga dari sepuluh siswa yang bertanding berhasil menyumbangkan prestasi membanggakan berupa medali perunggu dan perak:
- Qiana Aisya Aurora Dharma (kelas 1) – Medali Perunggu
- Zufar Faruq Ma’rufi (kelas 5) – Medali Perunggu
- Muhammad Kyozie Amar Abdul Malik (kelas 5) – Medali Perak
Tak hanya mereka yang patut diapresiasi. Tujuh finalis lainnya juga menunjukkan dedikasi luar biasa meski belum membawa pulang medali. Mereka adalah yaitu Zhafira Mutiara Azzahra, Avisenna Raditya Somasta, Ghifay Ahsanu Naf’a, Rizqi Maulana Hafizh, Muhammad Qisthan Pratama, Nafisa Mahira Absharina, dan Yasmina Kirani Ashafia. Semua telah menunjukkan semangat pantang menyerah yang menjadi bagian penting dari proses belajar.
Kompetisi KMNR yang diselenggarakan setiap tahun oleh Klinik Pendidikan MIPA (KPM) ini memang bukan sekadar ajang adu cepat berhitung. Di dalamnya terkandung semangat berpikir logis, kreatif, dan kritis — nilai-nilai yang sangat ditekankan dalam pembelajaran matematika nalaria realistik.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas hasil yang diraih anak-anak. Ini bukan hanya soal medali, tetapi tentang keberanian mereka melangkah, berjuang, dan belajar dalam prosesnya,” ujar salah satu guru pendamping dengan mata berbinar.
Prestasi ini bukanlah akhir, melainkan pijakan awal menuju keberhasilan yang lebih besar. Semoga semangat para siswa ini terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi teman-teman mereka di sekolah dan generasi muda lainnya. (Difa Fatwa)