Pak Bas yang Masih Gaul dan Meninggalkan Karya Monumental

PAK BAS, panggilan akrab Drs Bashori Muhammad MM, meski usianya sudah tidak muda lagi, namun tetap dikenal sebagai sosok yang berjiwa muda. Semangatnya masih menyala-nyala, dan cara bergaulnya yang luwes membuatnya selalu bisa beradaptasi dengan generasi yang lebih muda.

Hal ini terlihat dari caranya memimpin dan berinteraksi dengan rekan-rekan kerjanya, termasuk kontribusi berkelanjutan di bidang pendidikan dan komunitas, yang tetap diwarnai oleh ide-ide segar serta penuh energi.

Pak Bas memang luar biasa dalam hal pergaulan, tak kalah dengan generasi milenial dan Gen-Z. Meskipun usianya sudah tidak muda, Ia masih aktif dalam berbagai komunitas, baik di lingkungan pendidikan maupun sosial. Dengan keterbukaannya terhadap teknologi dan tren terbaru, Pak Bas mampu menjaga relevansi dan terus terhubung dengan orang-orang dari berbagai kalangan usia.

Keterlibatannya dalam komunitas ini menunjukkan bahwa semangatnya untuk belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi tidak pernah padam, menjadikannya sosok yang dihormati dan dijadikan panutan oleh banyak orang, termasuk generasi muda.

Sejumlah komunitas yang diikuti seperti para pensiunan kepala sekolah dan komunitas penggemar touring motor. Melalui komunitas pensiunan kepala sekolah, Pak Bas tetap menjaga silaturahmi dengan rekan-rekan sejawat yang pernah berkiprah di dunia pendidikan, berbagi pengalaman, dan tetap memberikan kontribusi positif.

Beberapa komunitas yang masih diikuti oleh Pak Bas antara lain Paguyuban Guru dan Karyawan SMAN 1 Yogyakarta (Pamantu), Padmabagya (Paguyuban Mantan Guru dan Karyawan  SMAN 3 Yogyakarta), Smada Mandaya Mulya (Paguyuban Guru dan Karyawan SMAN 2 Yogyakarta), Koempol Bareng (Paguyuban Guru dan Karyawan SMAN 9 Yogyakarta),.

Selain itu Paguyuban Mantan Guru SMAN 1 Ngaglik, Ikatan Alumni EP FKIS IKIP Yogyakarta, GSM (Grup Silaturahmi Mantan Kepala SMAN se-Sleman), MPC (Minggu Pagi Ceria – Tenis Soragan), Tenis Mugi Rahayu (Gup Tenis Green Garden),  Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA Swasta (Mukasta) DI Yogyakarta, Forum Komunikasi Kepala SMP, SMA, SMK dan Dindik Kota Yogyakarta, serta komunitas HW 11 Yogyakarta Touring Club

Hobi touring motor membuatnya semakin dekat dengan berbagai kalangan, bukan hanya rekan-rekan para pensiunan namun juga ada pejabat yang masih aktif di pemerintahan. Aktivitas ini tidak hanya menjadi sarana rekreasi, tetapi juga memperkuat jaringan sosialnya, menunjukkan bahwa semangatnya untuk terus aktif dan bergaul melampaui batas usia.

Baca Juga  Dukung Kurikulum Merdeka, BPPH Al Azhar Yogyakarta Ajak Sharing Guru KB-TK Islam Al Azhar Se-DIY

Dalam aktivitas touring komunitasnya tak hanya mengunjung obyek-obyek wisata di berbagai tempat di Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Jawa Timur. Menurut Pak Bas, komunitasnya juga mendatangi rumah-rumah sejawat yang kini tinggal di berbagai daerah.

Sumber Energi

Komunitas touring yang pada umumnya sudah pensiun namun tetap gaul melakukan kegiatannya sampai ke Jawa Timur seperti Bromo, Malang, Bandung, Madura. “Terakhir saya touring ke Pacitan,” ujar Pak Bas saat ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.

Meskipun jarak tempuh touring motor yang diikuti Pak Bas cukup jauh, ia mengaku tetap merasa bugar dan tidak mudah lelah. Stamina dan semangatnya yang luar biasa inilah yang membuatnya mampu menikmati perjalanan panjang tersebut tanpa kendala.

Selain itu, kecintaannya terhadap touring motor dan kebersamaan dengan komunitasnya menjadi sumber energi tersendiri, yang membuat rasa lelah seakan tak terasa. Pak Bas adalah contoh nyata bahwa usia bukanlah penghalang untuk tetap aktif dan menikmati hobi yang penuh tantangan.

Pak Bas dengan bijak mengungkapkan “Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.”  Inilah yang mencerminkan filosofi hidupnya dalam menjalin hubungan sosial. Menurut Pak Bas, pentingnya memiliki banyak teman adalah sebuah kekayaan yang tidak ternilai, karena jaringan pertemanan yang luas dapat membuka banyak peluang dan memberikan dukungan.

Sebaliknya, memiliki satu musuh saja dianggap terlalu berat, karena konflik dapat merusak harmoni dalam kehidupan. Prinsip ini menunjukkan bahwa Pak Bas selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan siapa pun, menjadikan dirinya pribadi yang hangat dan mudah diterima oleh berbagai kalangan.

Karya Monumental

Ada hal menarik lainnya dari perjalanan hidup Pak Bas. Ternyata ia memiliki karya monumental puluhan tahun lalu yang hingga kini masih tetap digunakan. Karya tersebut adalah logo sekolah dan logo komunitas.

Baca Juga  Ketua DPD RI dan GKR Hemas Kirim Karangan Bunga Ucapan Selamat Grand Launching Al Azhar Yogyakarta World Schools

Logo-logo tersebut memiliki sejarah tersendiri Seperti logo SMA Negeri 1 Turi Sleman. Pada tahun 1991 Pemerintah Sleman mendirikan sekolah baru yaitu SMAN 1 Turi dan Bashori dipercaya menjadi pelaksana harian kepala sekolah tersebut (meski saat itu masih menjadi guru di SMAN 1 Donoharjo, Ngaglik Sleman).

Sebagai sekolah baru, maka Bashori memiliki tanggungjawab agar proses belajar mengajar dapat terselenggara. Proses yang dilakukan adalah merekrut guru-guru, menyusun kurikulum, dan juga membuat logo sekolah. Dengan keterampilan dan kemampuan menggambar yang sudah dimiliki sebelumnya maka Bashori tanpa mengalami kesulitan membuat logo.

“Sampai sekarang logonya masih tetap sama,” kata Pak Bas.

Logo Kedua

Pada tahun 1998, Pemkab Sleman kembali mendirikan sekolah baru SMA Negeri 1 Cangkringan. Lagi-lagi Bashori dipercaya untuk memimpin sekolah tersebut. Hal serupa dilakukan seperti di SMAN 1 Turi, termasuk membuat logo sekolah dan sampai sekarang logo SMAN 1 Cangkringan karya Bashori masih tetap digunakan.

Dua logo sekolah karya Bashori itu merupakan karya monumental yang tak pernah mengalami perubahan. Buah tangan Bashori akan dikenang sepanjang masa oleh keluarga besar sekolah sekolah tersebut. Logo-logo tersebut  sudah dilengkapi dengan arti, makna, dan filosofinya dan bisa dilihat di google.

Menurut Pak Bas, logo merupakan salah satu karya, selain karya tulis yg di perhitungkan sebagai angka kredit jabatan guru untuk kenaikan pangkat atau golongan di bidang pengembangan profesi. “Untuk kenaikan dari golongan IV.A ke IV.B dan seterusnya wajib memiliki karya-karya tersebut,” ujarnya.

Bashori mengatakan bahwa sejak muda dirinya sudah gemar menggambar, dan banyak teman sekolahnya yang meminta untuk membuat gambar di tas-tasnya mereka. “Sejak muda saya memang sudah senang menggambar. Ini gen dari orang tua saya,” kata Bashori.

Pembuatan logo terus berlanjut hingga terbentuknya komunitas-komunitas yang diikuti seperti komuntas mantan guru, karyawan, kepala sekolah, dan komunitas touring. Semua karya Bashori telah menjadi karya monumental dan akan tetap dikenang sepanjang masa. (Chaidir)