SLEMAN – Mengajar bukan sekadar aktivitas transfer ilmu, melainkan bagian dari jihad yang mulia. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, dan setiap pengajar memiliki tanggung jawab besar dalam mewujudkan misi tersebut.
Hal itu disampaikan Kepala Seksi Syiar dan Dakwah Bidang Keagamaan BPPH Al Azhar, Muhammad Shodiqin SAg dalam acara Pembinaan Agama dan Sosialisasi SIGAP (Satuan Internalisasi Giat Adab Pendidikan) di SD Islam Al Azhar 55 Yogyakarta, Rabu (20 November 2024)
Akhlak yang baik, menurutnya, bermula dari Qolbun Salim—hati yang bersih dan sehat. Firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6 mengingatkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari keburukan, menjadikan adab dan akhlak dimulai dari diri sendiri.
Ustadz Shodiqin mengingatkan kepada para peserta (guru dan karyawan) bahwa ketika seseorang masuk ke lingkungan Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS), maka ia telah menjadi bagian dari keluarga besar yang saling mendukung dan menasihati. Orang yang beruntung adalah mereka yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
“Untuk menjaga nama baik Al Azhar, setiap individu wajib memelihara adab, mulai dari unit masing-masing. Jika setiap unit menjaga adab dengan baik, maka seluruh institusi Al Azhar akan terjaga dengan sendirinya,” ujar Ustadz Shodiqin.
Konsep Adab dari Ibnu Hajar Al-Asqolani
Ia menyampaikan tentang adab menurut Ibnu Hajar Al-Asqolani adalah hasil dari hati yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Fajr, yang menggambarkan orang-orang yang kembali kepada-Nya dengan hati yang tenang akan masuk ke dalam surga. Adab bukan sekadar perilaku lahiriah, tetapi harus muncul dari kesadaran batin yang mendalam.
Ustadz Shodiqin juga mengutip pendapat Buya Hamka bahwa “kata-kata yang lemah lembut dan beradab dapat melembutkan hati manusia yang keras.” “Dalam praktik sehari-hari, adab memiliki kekuatan untuk menciptakan harmoni dan mengubah karakter seseorang menjadi lebih baik,” katanya.
Tiga Langkah Adab
Ustadz Shodiqin menyampaikan tips untuk membangun adab secara sukses, ada tiga langkah penting yaitu pengetahuan (ilmu) untuk memahami pentingnya adab dan akhlak. Kemudian pelaksanaan (amal) dengan menerapkannya dalam tindakan sehari-hari, serta kesadaran (keyakinan) yaitu meyakini bahwa adab membawa manfaat besar dalam kehidupan.
Sebagai contoh, seorang murid yang mengetahui pentingnya sholat, yakin akan manfaatnya, dan melaksanakannya setiap hari telah menjalankan tiga langkah tersebut dengan baik.
Hidup yang Barokah dan Kekal di Akhirat
Diingatkan bahwa bidup ini hanya sementara, ibarat sekadar singgah untuk minum. Hidup yang kekal adalah di akhirat. Oleh karena itu, setiap momen kehidupan harus dimanfaatkan agar barokah. Manusia melewati tujuh fase kehidupan, mulai dari alam kandungan hingga alam akhirat, dan setiap fase harus dilalui dengan adab dan akhlak yang baik.
Pendidikan Adab secara Holistik
Muhammad Shodiqin menekankan pentingnya implementasi pendidikan adab secara holistik melalui tiga komponen utama yaitu keluarga sebagai tempat pertama seorang anak belajar adab. Kemudian sekolah sebagai wadah pembentukan karakter dan akhlak, dan masyarakat sebagai lingkungan untuk mengaplikasikan adab dalam kehidupan nyata.
“Dengan sinergi dari ketiga komponen ini, pendidikan adab dapat membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berbudi pekerti luhur, yang membawa manfaat bagi diri sendiri, lingkungan, dan kehidupan akhirat,” ujarnya. (Chaidir)