Perkuat Karakter Spiritual, Bidang Keagamaan BPPH AYWS Gelar Supervisi Guru dan Karyawan

SLEMAN – Bidang Keagamaan Badan Pengelola dan Pelaksana Harian Al Azhar Yogyakarta World Schools (BPPH AYWS) menyelenggarakan program Pembinaan dan Supervisi Keagamaan kepada para guru dan karyawan seluruh unit sekolah dan boarding. Kegiatan diadakan mulai 24 November hingga 9 Desember 2025.

Kegiatan digelar dua kali dalam setahun ini bertujuan memperkuat pemahaman keagamaan, meningkatkan kualitas ibadah, serta meneguhkan karakter spiritual seluruh sumber daya manusia di lingkungan AYWS. Selanjutnya para guru dan karyawan menerapkannya kepada para murid.

Pembinaan telah dimulai dari KB-TK, SD, SMP, dan Boarding di Kampus Wonosari pada 24 Novermber 2025, kemudian disusul unit lainnya. Dalam pekan ini  telah dilakukan di KB-TK, SD, SMP, dan SMA Kampus AYWS Sleman 2, Gamping, pada Senin (1/12/2025). Tim pembina hadir lengkap, terdiri atas Dr Yogi E Ginanjar LC MA selaku Wakil Ketua Bidang Keagamaan AYWS, Kepala Bagian Ibadah dan Ketakmiran Munawir Abu Wardi MPd, Kepala Bagian Dakwah dan Syiar Muhammad Shodiqin SAg, serta Kepala Bagian Sosial dan Pemberdayaan Umat Sujarwo Putra SAg.

Dr Yogi E Ginanjar menegaskan bahwa program ini bagian dari tanggung jawab AYWS dalam membentuk lingkungan pendidikan yang religius dan berkarakter. “Pembinaan keagamaan menjadi fondasi penting. Guru dan karyawan harus memiliki pemahaman agama yang kuat agar mampu menjadi teladan bagi para siswa,” ujarnya.

Selain sebagai bentuk penguatan bagi guru dan karyawan, Dr Yogi menambahkan bahwa pembinaan ini juga bertujuan agar ilmu dan nilai keagamaan yang diperoleh dapat dipraktikkan sekaligus diajarkan kembali kepada para murid. Dengan demikian, pembinaan ini memiliki efek berantai dalam membangun ekosistem pendidikan yang islami dan berkesinambungan. “Apa yang dipelajari di sini harus meresap dalam perilaku sehari-hari, lalu diturunkan kepada siswa. Itulah kunci pendidikan karakter di AYWS,” tegasnya.

Usai di Kampus Gamping, Tim melanjutkan di KB-TK Islam Al Azhar 31 Yogyakarta pada Rabu (3/12/2025). Setiap sesi pembinaan meliputi penguatan akidah, fiqih ibadah, pemahaman syiar dan dakwah, hingga penguatan nilai sosial keagamaan.

Dr Yogi mengingatkan pentingnya pemahaman aqidah dalam kehidupan. Menurutnya, aqidah merupakan fondasi utama yang menentukan arah ibadah, akhlak, dan cara pandang seorang Muslim dalam menjalani kehidupan.

“Aqidah itu bukan sekadar konsep teologis. Ia adalah ikatan keyakinan yang kuat yang tumbuh mantap di dalam hati tanpa keraguan,” ujar Dr Yogi.

Ia menjelaskan bahwa aqidah mencakup enam pokok utama keimanan, yakni iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul, hari akhir, serta qada dan qadar. Menurutnya, enam aspek tersebut menjadi struktur dasar yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

“Ketika seseorang memahami aqidah dengan benar, seluruh perilaku dan ibadahnya akan terarah. Aqidah menjadi pondasi yang mengukuhkan akhlak,” tambahnya.

Dr Yogi juga menekankan bahwa aqidah tidak hanya berdampak pada ranah ibadah ritual, tetapi juga membentuk karakter sosial dan moral. Ia mencontohkan, seseorang yang memahami bahwa Allah Maha Melihat akan menjaga integritasnya dalam aktivitas sehari-hari.

“Keimanan yang kokoh memunculkan rasa tanggung jawab, kejujuran, dan ketenangan. Itulah mengapa aqidah harus diajarkan sejak dini dan dipahami dengan pendekatan yang benar,” katanya.

Baca Juga  Mengawali Tahun Baru 2022, Erik Hadi Saputra Beri Motivasi Totalitas Dalam Bekerja

Terkait generasi muda, Dr. Yogi menilai pentingnya lembaga pendidikan Islam memberikan penguatan aqidah melalui kurikulum dan contoh teladan dari para pendidik. Menurutnya, tantangan modern seperti arus informasi yang tidak terfilter dan budaya digital membuat penguatan aqidah menjadi semakin relevan.

“Kita ingin generasi yang tidak hanya cerdas akademis, tetapi juga kuat keyakinannya. Jika aqidah mapan, ibadah dan akhlaknya akan mengikuti,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahwa aqidah merupakan sumber ketenangan hidup. Ia menyebut bahwa seorang Muslim dengan aqidah yang baik akan lebih siap menghadapi ujian, karena meyakini bahwa semua takdir berada dalam ketentuan dan kebijaksanaan Allah. “Aqidah itu cahaya. Ia menerangi hidup kita,” ujarnya

Guru Kurikulum Hidup

Sementara itu Munawir MPd dalam paparan tertulisnya mengatakan bahwa guru memiliki peran strategis bukan hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai kurikulum hidup yang menjadi contoh nyata bagi para murid. Hal itu disampaikan dalam pemaparannya mengenai peran guru dalam ibadah dan ketakmiran masjid di lingkungan sekolah.

Menurutnya, pembelajaran paling efektif terjadi melalui keteladanan. “Murid lebih mudah meniru perilaku daripada hanya mendengar nasihat. Tugas guru tidak berhenti ketika jam pelajaran selesai,” ujar Munawir.

Munawir menjelaskan bahwa guru wajib membimbing murid dalam setiap proses ibadah, mulai dari persiapan sebelum wudlu, pendampingan saat wudlu, hingga pelaksanaan shalat berjamaah. Ia menekankan bahwa persiapan ibadah harus dilakukan dengan ketenangan, memastikan kebersihan perlengkapan shalat, dan mengajarkan adab menuju tempat wudlu.

“Mulai dari antre, menghemat air, hingga memahami syarat dan rukun wudlu, semuanya perlu didampingi. Guru harus hadir dan memastikan praktik ibadah murid berjalan benar,” ujarnya.

Dalam shalat berjamaah, Munawir juga mengingatkan bahwa posisi guru tidak boleh berada di belakang, melainkan menyebar di antara murid untuk memastikan ketertiban dan kekhusyukan. “Guru bukan jamaah biasa. Guru datang untuk mengarahkan murid,” katanya.

Munawir menggarisbawahi pentingnya penguatan adab di sekolah, terutama adab kepada sesama dan adab terhadap lingkungan. Ia menyebut bahwa guru harus memberi contoh dalam menyapa, menegur, serta menjaga kebersihan.

Selain itu, ia menilai perlu adanya keseragaman pemahaman fiqih di antara para guru agar murid tidak bingung. “Fiqih itu dasar sahnya ibadah. Karena itu guru harus memiliki pemahaman yang sama dan rutin belajar fiqih,” jelasnya.

Penguatan Ketakmiran Masjid

Dalam pembahasan mengenai ketakmiran, Munawir menyebut takmir memiliki peran besar sebagai fasilitator kegiatan ibadah di sekolah. Tugas tersebut mencakup pengelolaan keuangan, perencanaan kegiatan, pemeliharaan fasilitas, serta koordinasi antarunit.

“Komunikasi, pembagian tugas, keikhlasan, dan evaluasi harus berjalan baik. Ketakmiran bukan hanya soal mengurus bangunan, tapi membangun peradaban ibadah di sekolah,” tutur Munawir.

Munawir kembali menegaskan bahwa pendidikan karakter hanya dapat berjalan jika guru menjadi teladan bagi murid. Ia menekankan pentingnya kehadiran guru dengan sepenuh hati, mengedepankan nilai kebaikan, dan menciptakan suasana belajar yang positif.

“Guru adalah penjaga peradaban. Ketika guru memberi teladan, murid akan mengikuti dengan sendirinya,” pungkasnya.

Adab Dimulai dari Diri Sendiri

Dalam paparannya, Muhammad Shodiqin menegaskan bahwa adab harus dimulai dari diri sendiri dan dicontohkan oleh orang dewasa, terutama guru dan karyawan. Hal tersebut merujuk pada pesan QS At-Tahrim ayat 6 tentang kewajiban menjaga diri dan keluarga dari api neraka serta nasihat moral Buya Hamka mengenai pentingnya kata-kata yang beradab dalam melembutkan hati manusia.

Baca Juga  Sri Sultan Ingatkan Anak Indonesia Jauhi Perundungan dan Junjung Sopan Santun

Program pembinaan adab ini dibangun melalui tiga langkah utama, yaitu pengetahuan (ilmu), kesadaran (keyakinan), dan pelaksanaan (amal). Ketiganya diintegrasikan dalam kegiatan sehari-hari agar peserta didik tidak hanya memahami pentingnya ibadah seperti shalat, tetapi juga meyakini manfaatnya dan kemudian melaksanakannya secara konsisten.

AYWS juga menetapkan skala prioritas nasional adab, yang meliputi adab kepada Allah SWT dan adab kepada Al-Qur’an. Prioritas tersebut diwujudkan melalui kegiatan seperti pelaksanaan shalat, membaca dan menghafal Al-Qur’an, serta penerapan metode Tamyiz untuk kemampuan menerjemahkan ayat-ayat suci. Penguatan ini dikembangkan lebih jauh melalui fokus pada keterampilan berwudhu, praktik shalat, dan doa setelah shalat.

Dalam pemaparannya, Shodiqin juga menjelaskan indikator capaian setiap fase pembelajaran adab, mulai dari fase pondasi hingga fase lanjutan. Misalnya, murid pada jenjang KB hingga TKB ditargetkan mampu melafalkan dzikir sederhana seperti tahmid, tasbih, takbir, dan tahlil. Sementara itu, di jenjang lebih tinggi, peserta didik diarahkan untuk mampu menjalankan seluruh rangkaian ibadah dengan benar.

Salah satu bagian penting dalam program ini adalah 18 rangkaian pelaksanaan Shalat Zhuhur di sekolah. Rangkaian tersebut mencakup persiapan wudhu, perjalanan ke masjid, shalat sunnah, muroja’ah hafalan, mendengarkan adzan, hingga penyampaian kultum dan adab keluar masjid. Seluruh urutan kegiatan dirancang untuk menanamkan kebiasaan ibadah yang terstruktur dan disiplin.

Untuk memastikan keberhasilan program, AYWS menerapkan sistem monitoring dan evaluasi secara berkala di semua unit sekolah. Guru kelas maupun wali kelas bertugas mengecek kemampuan shalat siswa, baik di sekolah maupun di rumah. Seluruh capaian kemudian direkap dan menjadi bagian dari penilaian yang terintegrasi dengan proses belajar mengajar serta menjadi pertimbangan dalam kenaikan kelas maupun kelulusan.

Laporan hasil adab shalat setiap siswa juga disampaikan berjenjang mulai dari guru, pimpinan sekolah, hingga pengawas sekolah untuk memastikan pemerataan kualitas pembinaan di seluruh jenjang.

Manfaat Sedekah

Sedangkan Sujarwo Putra menjelaskan mengenai makna dan manfaat sedekah. Menurutnya sedekah (shadaqah) adalah pemberian seorang muslim kepada orang lain secara sukarela, tanpa dibatasi jumlah dan jenis, semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.

Ia mengutip dasar sedekah dari Alquran dan hadis yang banyak menekankan pentingnya sedekah.

Salah satu ayatnya “Dan apa saja yang kamu nafkahkan (sedekahkan), maka Allah akan menggantinya.” (QS. Saba’ : 39). Hadis Nabi SAW: “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)

Dijelaskan mengenai manfaat sedekah yaitu mendatangkan keberkahan rezeki, menghapus dosa, menenangkan hati dan menumbuhkan empati. “Sedekah melatih kepedulian sosial dan membantu kita merasakan kesulitan orang lain. Hati menjadi lebih lembut, tenang, dan jauh dari sifat kikir,” ujarnya.

Selain itu manfaat sedekah dapat menolak bala’ dan mendatangkan perlindungan, menjadi amal jariyah yang bermanfaat jangka panjang, mendapatkan pahala berlipat ganda, serta meningkatkan solidaritas sosial.

“Sedekah membantu meringankan beban kaum dhuafa, memperkuat tali silaturahim, dan menciptakan masyarakat yang saling peduli,” katanya. (Chaidir)