PAGI yang masih lembab selepas hujan semalam menjadi saksi ketika kereta api bandara meluncur perlahan meninggalkan Stasiun Tugu Yogyakarta. Dari balik jendela, bentangan sawah berembun menghadirkan panorama yang memikat, seolah menyambut rombongan siswa kelas 3 SD Islam Al Azhar 31 dan 77 Yogyakarta yang tengah memulai sebuah petualangan berharga.
Pada Rabu dan Kamis, 20–21 Agustus 2025, mereka berangkat menuju Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dengan penuh semangat. Perjalanan singkat itu mungkin tak sejauh kisah-kisah pelancong dewasa, namun justru di sanalah letak maknanya: bercengkerama dengan sahabat sebaya, belajar dari setiap detik perjalanan, dan merasakan langsung denyut transportasi modern.
Keriuhan kecil terdengar di setiap gerbong, tawa bersahutan dengan rasa penasaran yang tak kunjung padam. Kereta bukan hanya menjadi alat transportasi, melainkan ruang belajar yang bergerak, mengajarkan anak-anak bagaimana moda darat dan udara bisa berpadu membentuk jembatan perjalanan.
Sesampainya di Bandara YIA, kegembiraan itu berlanjut. Anak-anak diajak berkeliling menggunakan kereta kelinci, menyusuri sudut-sudut bandara yang selama ini hanya mereka dengar lewat cerita. Mereka melihat langsung ritme kerja bandara: mulai dari mobilitas penumpang hingga keteraturan yang menjadi nadi transportasi udara. Setiap langkah kecil di ruang luas bandara adalah pelajaran tentang ketepatan waktu, koordinasi, dan kedisiplinan.
Kunjungan ini bukan sekadar wisata, melainkan pengalaman edukatif yang mengasah kepekaan, menumbuhkan rasa ingin tahu, sekaligus melatih kemampuan observasi. Dengan melihat, mendengar, dan merasakan secara langsung, anak-anak belajar bahwa transportasi bukan hanya soal berpindah tempat, tetapi juga soal sistem, keteraturan, dan pelayanan.
Fieldtrip seperti ini telah menjadi agenda rutin bagi siswa kelas 3 di SD Islam Al Azhar 31 dan 77 Yogyakarta. Setiap perjalanan menghadirkan pembelajaran kontekstual yang tak tergantikan, memberi warna baru dalam proses belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna.
Petualangan mereka di kereta bandara menuju YIA membuktikan bahwa dunia adalah ruang kelas terbesar, dan perjalanan adalah guru terbaik. (Susi Setyowati)
