SLEMAN – Pengajian rutin Sabtu Wage yang digelar di Masjid Al Hafidh Kampus 1 Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS), Sabtu (4/10/2025), menghadirkan narasumber istimewa, Prof Drs Syafaruddin Alwi, MS, HR.Sp, CSA. Guru besar yang dikenal sebagai pakar sumber daya manusia itu menyampaikan materi bertajuk “Al Azhar Yogyakarta World Schools is Leading the Way in Global Education Supported by People Engagement Strategy.”
Dalam paparannya, Prof Syafaruddin menekankan bahwa lembaga pendidikan Islam harus mampu beradaptasi dengan perubahan paradigma pendidikan, modernisasi, digitalisasi, dan globalisasi nilai. Menurutnya, kunci keberhasilan sebuah lembaga adalah menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki dedikasi tinggi, motivasi kuat, serta semangat untuk memberikan kontribusi terbaik.
“AYWS harus adaptif mempersiapkan engaged people, yaitu karyawan yang terikat secara emosional dan psikologis dengan pekerjaannya, sehingga mampu bekerja sepenuh hati demi tercapainya tujuan lembaga,” ujarnya.
Lebih jauh, ia mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa perubahan hanya akan terjadi bila suatu kaum mau berusaha mengubah dirinya sendiri (QS Ar-Ra’d ayat 11). Menurutnya, perubahan menuju kebaikan pasti diiringi tantangan, namun Allah juga menjanjikan bahwa setiap kesulitan selalu diikuti dengan kemudahan (QS Al-Insyirah ayat 6).
Prof Syafaruddin juga menjelaskan bahwa konsep employee engagement pertama kali dipopulerkan oleh Gallup Consultant. Istilah ini menggambarkan kondisi, sikap, dan perilaku positif karyawan terhadap pekerjaannya, yang tercermin dalam semangat, dedikasi, serta gairah untuk mencapai tujuan organisasi. Ia menambahkan, engagement dapat dipahami sebagai keterikatan psikologis dan emosional karyawan terhadap pekerjaan maupun organisasinya.
“Employee engagement bukanlah kegiatan sesaat, melainkan sebuah proses berkelanjutan. Karyawan yang terikat secara emosional dengan pekerjaannya akan lebih banyak berinvestasi pada peran mereka, bekerja dengan energi dan antusiasme lebih tinggi. Namun, kondisi ini bisa berubah seiring waktu sehingga lembaga harus terus menjaga semangat keterikatan itu,” tegasnya.
Di hadapan jamaah, Prof Syafaruddin mengutip gagasan Dave Ulrich (2013) dalam The Leadership Code yang merumuskan lima aturan kepemimpinan. Lima aturan tersebut adalah: membentuk masa depan (shape the future), mewujudkan tindakan nyata (make things happen), melibatkan talenta yang ada (engage today’s talent), membangun generasi berikutnya (build the next generation), dan berinvestasi pada diri sendiri (invest in yourself). Aturan ini, katanya, menjadi pedoman penting bagi setiap pemimpin agar mampu menciptakan kondisi kerja yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Pengajian yang berlangsung khidmat itu ditutup dengan ajakan Prof Syafaruddin agar seluruh civitas AYWS terus mengembangkan budaya kerja yang dilandasi dedikasi dan nilai-nilai Al-Qur’an. “Perubahan adalah keniscayaan, dan kita harus siap menyambutnya dengan strategi yang tepat serta semangat kerja yang berorientasi pada kemajuan lembaga,” tuturnya. (Chaidir)