Rumah Pohon AYWS, Ruang Edukasi Unik di Tepian Sungai Bedog

SLEMAN – Belum banyak yang mengetahui bahwa di tepian Sungai Bedog, tepat di sisi barat Masjid Al Hafidh Kampus 2 Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS), Sleman, tersembunyi sebuah ruang belajar yang lahir dari gagasan besar tentang pendidikan dan kepedulian lingkungan. Bangunan itu adalah Rumah Pohon AYWS, sebuah kawasan edukatif yang tidak sekadar berdiri di atas tanah, tetapi tumbuh bersama alam yang mengitarinya.

Rumah Pohon AYWS menjadi bagian dari visi besar AYWS dalam menghadirkan pendidikan yang melampaui batas ruang kelas. Gagasan pendiri AYWS, Drs Hafidh Asrom, ini dirancang sebagai destinasi Edu Tourism atau Wisata Pendidikan, yang mengajak anak-anak belajar melalui pengalaman langsung, interaksi dengan alam, dan penguatan nilai karakter. Meski belum banyak dikenal publik, kawasan ini menyimpan potensi besar sebagai ikon wisata pendidikan berbasis lingkungan di Sleman.

Dalam lintasan sejarah peradaban, rumah pohon bukanlah konsep baru. Sejak zaman purba, manusia membangun hunian di atas pohon sebagai bentuk adaptasi terhadap alam. Hunian semacam ini berfungsi sebagai perlindungan dari binatang buas, banjir, serta ancaman lingkungan lainnya. Di berbagai belahan dunia, mulai dari Asia hingga Afrika, rumah pohon menjadi simbol kecerdikan manusia dalam membaca alam dan memanfaatkannya tanpa merusaknya.

Dalam perspektif budaya, rumah pohon juga memiliki makna simbolik. Ketinggian sering dimaknai sebagai posisi yang lebih dekat dengan ketenangan, kejernihan, dan kesadaran spiritual. Nilai inilah yang kemudian diwariskan dalam berbagai tradisi arsitektur, termasuk rumah panggung di Nusantara. Meski tidak selalu berada di atas pohon, rumah panggung memiliki filosofi yang serupa yaitu menjaga jarak dengan tanah demi keamanan, kesehatan, dan keseimbangan hidup.

Rumah Pohon AYWS menghadirkan kembali nilai-nilai sejarah dan budaya tersebut dalam konteks pendidikan modern. Ia menjadi pengingat bahwa kemajuan peradaban tidak harus memutus hubungan manusia dengan alam, melainkan dapat tumbuh selaras dan saling menguatkan.

Kepedulian Lingkungan yang Konsisten

Bagi Hafidh Asrom, kepedulian terhadap lingkungan hidup bukanlah sekadar slogan. Dalam berbagai kesempatan, ia dikenal sebagai sosok yang selalu mengingatkan staf dan pengelola AYWS agar tidak sembarang menebang pohon, bahkan ketika pembangunan fasilitas pendidikan sedang berlangsung. Prinsip ini menjadi fondasi dalam setiap pengembangan kampus AYWS.

Baca Juga  Sri Surya Widati, Tokoh Penting di Balik Berdirinya Sekolah AYWS di Bantul

Contoh nyata dari komitmen tersebut dapat dilihat di Kampus SD Islam Al Azhar 38 Bantul. Di sana, sebuah pohon nangka tumbuh di ruang lobi sekolah dan hingga kini tetap dipertahankan. Pohon tersebut kini semakin besar dan dirawat dengan baik, menjadi saksi hidup bahwa ruang pendidikan dan alam dapat berbagi tempat secara harmonis.

Prinsip serupa juga diterapkan di Auditorium Kampus AYWS Wonosari. Beberapa pohon hidup dibiarkan tumbuh di dalam bangunan auditorium dan kini telah mencapai ukuran yang besar. Kehadiran pohon-pohon tersebut tidak hanya memperindah ruang, tetapi juga menjadi media pembelajaran langsung tentang pentingnya menjaga alam bagi peserta didik.

Tidak mengherankan jika kemudian Hafidh Asrom menggagas pembangunan Rumah Pohon AYWS. Bagi dirinya, rumah pohon bukan sekadar fasilitas tambahan, melainkan simbol bahwa kepedulian terhadap lingkungan hidup harus terus menyala dan diwariskan kepada generasi muda melalui pendidikan.

Arsitektur yang Bersandar pada Alam

Keunikan Rumah Pohon AYWS terletak pada pendekatan arsitekturnya yang bersifat adaptif dan ramah lingkungan. Beberapa pohon besar, termasuk pohon nangka, menjadi bagian dari lanskap kawasan tanpa tersentuh oleh konstruksi bangunan utama. Bangunan rumah pohon tidak memeluk atau melukai batang pohon, melainkan berdiri dengan jarak yang memungkinkan pohon tumbuh secara alami.

Pendekatan ini menjadi pelajaran konkret tentang konsep pembangunan berkelanjutan. Anak-anak tidak hanya diberi teori tentang pelestarian lingkungan, tetapi juga menyaksikan langsung bagaimana bangunan dapat hadir tanpa merusak alam.

Ruang Bermain, Ruang Belajar, Ruang Kehidupan

Dikemas sebagai arena bermain edukatif, Rumah Pohon AYWS menghadirkan berbagai wahana yang dirancang untuk mengembangkan potensi anak. Tangga naik, jembatan penghubung, rumah mungil, wahana climbing, dan perosotan menjadi sarana untuk melatih keberanian, keseimbangan, kreativitas, serta kemampuan sosial anak-anak.

Lebih dari sekadar bermain, aktivitas di Rumah Pohon AYWS mendorong anak untuk belajar mengambil risiko secara terukur, bekerja sama dengan teman, serta membangun kepercayaan diri. Seluruh pengalaman tersebut berlangsung dalam suasana alam terbuka yang sejuk dan menenangkan.

Baca Juga  Rihlah Shoifiyyah Santri Baru AYBS: Mengenal Kearifan dan Budaya Yogyakarta

Lanskap Sosial dan Spiritualitas

Secara geografis, Rumah Pohon AYWS berada di kawasan yang kaya nilai sosial dan budaya. Lokasinya di tepian Sungai Bedog menghadirkan suasana teduh dan alami. Di sekitarnya, terdapat kampung pertanian dan perikanan Gamping Lor, yang memperlihatkan kehidupan masyarakat yang masih erat dengan alam. Lanskap ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar tentang kearifan lokal, ketahanan pangan, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.

Rumah Pohon AYWS juga berada dalam satu kawasan dengan Masjid Al Hafidh, kolam renang AYWS, serta akan ada Baitul Quran tempat para penghafal Quran. Wakil Ketua Bidang Keagamaan BPPH AYWS, Dr Yogie E Ginanjar Lc MA, menyebut kawasan ini sebagai Baitul Quran, ruang yang senantiasa hidup dengan lantunan ayat suci Alquran selama 24 jam. Nuansa spiritual ini menambah dimensi baru dalam pengalaman belajar di Rumah Pohon AYWS.

Ke depan, Rumah Pohon AYWS tidak hanya diproyeksikan sebagai fasilitas internal sekolah, tetapi juga sebagai destinasi wisata pendidikan yang terbuka bagi masyarakat. Konsep edu tourism yang diusungnya menawarkan alternatif wisata yang tidak semata hiburan, tetapi sarat nilai edukasi, lingkungan, dan spiritual.

Dalam konteks pendidikan modern yang sering kali terjebak pada ruang-ruang tertutup dan rutinitas akademik, kehadiran Rumah Pohon AYWS menjadi penanda penting bahwa pendidikan dapat berlangsung di mana saja. Di atas pepohonan, di tepi sungai, di tengah kehidupan masyarakat, dan dalam lantunan ayat suci Alquran, anak-anak belajar tentang kehidupan secara utuh.

Rumah Pohon AYWS pada akhirnya bukan hanya bangunan, melainkan manifesto kepedulian lingkungan dan visi pendidikan holistik. Sebuah pesan bahwa masa depan pendidikan harus dibangun dengan kesadaran ekologis, kepekaan sosial, dan kedalaman spiritual agar generasi mendatang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dalam menjaga bumi tempat mereka berpijak. (Chaidir)