SLEMAN – SMA Islam Al Azhar 34 Internasional Yogyakarta menghadirkan terobosan layanan pendidikan melalui pembagian rapor secara hybrid, sebuah langkah strategis untuk menjembatani keterlibatan orang tua siswa yang tersebar di berbagai daerah. Pola ini menjadi jawaban atas realitas sosial keluarga peserta didik yang tidak seluruhnya berdomisili di Yogyakarta atau Pulau Jawa.
Pada Kamis, 18 Desember 2025, sekolah mengawali pembagian rapor secara tatap muka di lingkungan sekolah. Suasana dialog langsung antara guru dan orang tua menjadi ruang refleksi bersama atas proses belajar siswa selama satu semester. Namun, kesadaran bahwa sebagian orang tua berada di luar daerah mendorong sekolah melanjutkan pembagian rapor secara daring pada Jumat, 19 Desember 2025.
Langkah ini menegaskan bahwa SMA Islam Al Azhar 34 Yogyakarta tidak memandang jarak sebagai penghalang komunikasi. Justru sebaliknya, teknologi dimanfaatkan sebagai jembatan agar setiap orang tua tetap dapat hadir, terlibat, dan memahami perkembangan akademik maupun karakter anak-anak mereka.
Bagi sekolah, rapor bukan sekadar dokumen administratif, melainkan media amanah yang harus disampaikan secara utuh dan bertanggung jawab. Di dalamnya tercatat bukan hanya capaian akademik, tetapi juga proses pembentukan karakter, kedisiplinan, serta sikap belajar siswa. Nilai menjadi penting, namun maknanya semakin lengkap ketika dipahami bersama orang tua.
Pola hybrid ini juga mencerminkan keberpihakan sekolah pada prinsip keadilan layanan pendidikan. Orang tua yang berada di luar daerah tetap memiliki hak yang sama untuk berdialog dengan guru, mengajukan pertanyaan, serta menyusun langkah pendampingan lanjutan bagi putra-putrinya. Dengan demikian, sekolah tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga hadir secara fungsional dan bermakna.
Kepala Satuan Pendidikan SMA Islam Al Azhar 34 Internasional, Mudzofir MA, menegaskan bahwa kebijakan pembagian rapor secara hybrid merupakan bentuk kesadaran sekolah terhadap kondisi riil keluarga peserta didik. Menurutnya, sekolah harus mampu membaca kebutuhan orang tua dan meresponsnya dengan bijak.
“Sebagian orang tua siswa kami berdomisili di luar daerah, bahkan di luar Pulau Jawa. Karena itu, sekolah merasa perlu menghadirkan layanan yang menjembatani jarak, agar keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak tetap terjaga,” ujar Mudzofir.
Ia menambahkan, rapor bukan sekadar dokumen akademik, tetapi media komunikasi penting antara sekolah dan keluarga. Melalui pola hybrid, pesan-pesan pendidikan yang ingin disampaikan guru kepada orang tua tetap dapat diterima secara utuh, meskipun tidak bertemu secara langsung.
“Rapor adalah amanah. Di dalamnya ada proses, usaha, dan perkembangan karakter siswa yang perlu dipahami bersama oleh sekolah dan orang tua. Jarak tidak boleh menjadi penghalang untuk menyampaikan amanah tersebut,” tegasnya.
Dalam perspektif pendidikan berwawasan global, lanjut Mudzifir, keterlibatan keluarga merupakan kunci keberhasilan peserta didik. Karena itu, SMA Islam Al Azhar 34 Internasional berupaya memastikan komunikasi dan kolaborasi dengan orang tua tetap berjalan, baik melalui pertemuan luring maupun daring.
“Kami ingin orang tua tetap merasa hadir dan dilibatkan. Pendidikan akan jauh lebih efektif ketika sekolah dan keluarga berjalan sebagai mitra, saling percaya, dan saling menguatkan,” ujarnya.
Sebagai sekolah Islam yang berpijak pada nilai dan terbuka terhadap perkembangan zaman, Mudzofir menilai bahwa inovasi layanan harus tetap selaras dengan adab dan tanggung jawab. Teknologi, menurutnya, bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan untuk memperluas jangkauan pelayanan dan kepedulian.
“Teknologi adalah sarana. Nilainya terletak pada bagaimana kita menggunakannya untuk melayani dengan lebih baik, tanpa kehilangan ruh pendidikan dan nilai-nilai Islam,” katanya.
Ia berharap, melalui pola pembagian rapor secara hybrid ini, orang tua semakin memahami bahwa pendidikan di SMA Islam Al Azhar 34 Internasional tidak hanya menekankan capaian akademik, tetapi juga pembentukan karakter, akhlak, dan kesiapan siswa menghadapi tantangan global.
“Target kami adalah membentuk peserta didik yang berilmu, berakhlak, dan siap berkontribusi di mana pun mereka berada. Itu hanya bisa tercapai jika sekolah dan orang tua berjalan bersama,” kata Mudzofir. (Chaidir)







