SLEMAN – Populasi pelajar di Indonesia yang mencapai 44,5 juta jiwa rentan mengalami gangguan mental, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya tuntutan akademik, permasalahan sosial atau pertemanan, hingga permasalahan keluarga atau pengasuhan orang tua.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia National Adolescent Mental Health (I-NAMHS), menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Selain itu satu dari 20 remaja di Indonesia mengalami gangguan mental dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.
Beberapa kasus remaja yang mengakhiri hidupnya menjadi topik hangat beberapa waktu lalu. Hal tersebut sangat disayangkan karena sebenarnya bisa dicegah dengan memperkenalkan kepada pelajar apa itu kesehatan mental dan bagaimana cara menghadapi ketika kondisi kesehatan mental sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
Pentingnya kesehatan mental pelajar yaitu untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada diri pelajar. Ketika seseorang dalam kondisi kesehatan mental yang baik, maka individu tersebut mampu untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi, fokus dengan tugas dan tanggung jawabnya, optimis dengan hasil yang akan diperolehnya, hingga bisa untuk memanajemen stress.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengenalkan kesehatan mental kepada pelajar yaitu dengan adanya psikoedukasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan di SMA Islam Al Azhar 9 Yogyakarta (22 Juli 2024) dan SMP Islam Al Azhar 66 (17 Juli 2024) dengan menghadirkan pembicara psikolog Ferina Ulfa NE SPsi Mpsi.
Pihak sekolah bekerjasama dengan layanan psikologi mengajak siswa untuk lebih sadar akan pentingnya sehat mental. Sehingga para siswa mengetahui keberadaan layanan psikologi dan tidak ragu untuk mencari bantuan layanan psikologi ketika kondisinya sedang tidak baik.
Siswa diberikan pemahaman terkait dengan cara untuk menjaga kesehatan mental, gejala kesehatan mental, hingga hal yang perlu dilakukan ketika merasa tidak baik-baik saja dan juga hal yang perlu dilakukan saat melihat temannya yang terlihat dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Selain itu, siswa juga diberikan screening kesehatan mental. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi kesehatan siswa. Sehingga baik guru maupun psikolog bisa mendeteksi lebih dini siswa yang perlu membutuhkan bantuan. (Jayanti)