SLEMAN – Sabtu siang (19 Juli 2025) menjadi momen istimewa bagi para alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di tengah hiruk-pikuk kesibukan masing-masing, mereka berkumpul kembali dalam suasana penuh kehangatan dan nostalgia, kali ini di tempat yang sangat berbeda yaitu Kampus Sleman 2 Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS), Gamping.
Bukan hanya sekadar reuni, pertemuan ini menjadi jembatan lintas generasi—menyatukan kenangan masa lalu dengan semangat masa depan. Diselenggarakan di Teacher Lounge Tower 1, acara ini dihadiri puluhan alumni, termasuk beberapa yang kini telah menjadi profesor dan tokoh penting di bidangnya. Suasana pun langsung akrab. Candaria mengalir, tawa bersahutan, dan cerita-cerita perjuangan semasa kuliah kembali menghangatkan ruang.
Hadir pula Pembina Yayasan Asram, Bunda Eni Yustini, mantan anggota KOHATI yang turut menyaksikan semangat persaudaraan yang tetap hidup meski zaman terus berganti. Selain itu Prof Dr Edy Suandi Hamid, Rektor Universitas Widya Mataram yang lulusan FEB UGM
Di sela-sela acara, Pendiri dan Pemilik AYWS, Drs HA Hafidh Asrom MM, tampil menyampaikan kisah inspiratif tentang bagaimana Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS) lahir dari sebuah impian besar yaitu membangun pendidikan Islam yang unggul, berkelas dunia, dan tetap berakar pada nilai-nilai lokal. “Saya ingin membentuk generasi yang kuat iman dan takwanya, unggul dalam ilmu, dan berwawasan global,” ujarnya mantap.
Ia mengisahkan, langkah awal dimulai awal 2000-an dengan mendirikan TK Islam Al Azhar 31 Yogyakarta, disusul SD, SMP, dan SMA Al Azhar. Berkat kepercayaan masyarakat dan komitmen Yayasan Asram, jaringan sekolah terus berkembang hingga ke Bantul dan Wonosari. Transformasi besar pun terjadi: lahirlah AYWS sebagai sistem sekolah internasional dengan standar global.
Kini, AYWS menjadi simbol kemajuan pendidikan Islam. Kerja sama dengan Northern Illinois University (NIU), Amerika Serikat, memperkuat posisi AYWS sebagai lembaga pendidikan visioner. Tahun 2024 lalu mahasiswa dan profesor dari NIU datang ke kampus, belajar budaya Indonesia, memainkan gamelan, dan menyelami tradisi pesantren. Bahasa Inggris kini digunakan dalam keseharian, dan Mandarin akan segera diajarkan.
“Al Azhar bukan hanya sekolah,” tegas Hafidh Asrom. “Ini adalah amanah. Amanah untuk menyiapkan pemimpin masa depan umat. Maka, guru dan siswa kami harus berpikir terbuka, bertindak bijak, dan siap bersaing secara global.”
Tak hanya visi besar, AYWS juga hadir dengan fasilitas mumpuni seperti ruang kelas modern, masjid yang megah, studio seni, laboratorium canggih, dan lingkungan belajar yang menginspirasi. Sekolah ini juga menanamkan nilai karakter melalui program tahfidz, gerakan sedekah, dan dakwah sosial.
Pertemuan alumni HMI FEB UGM ini terasa berbeda. Di kampus modern bernuansa Islam ini, mereka bukan hanya mengenang masa lalu, tapi juga menyaksikan masa depan pendidikan Islam Indonesia yang sedang tumbuh dengan penuh harapan. Sebuah reuni yang bukan sekadar temu kangen—tetapi perjumpaan visi, silaturahmi gagasan, dan napak tilas menuju masa depan. (Chaidir)