LAZ Al Azhar Yogyakarta Salurkan Wakaf Alquran Braille bagi Forum Tunanetra Kalasan

SLEMAN – Di bawah naungan teduh Masjid Ar Rahmah, di kawasan perumahan di Purwomartani, Sleman, sebuah momen sederhana namun penuh makna berlangsung pada Minggu siang (20 Juli 2025). Dua paket Alquran Braille diserahkan oleh Sujarwo Putra, Supervisor LAZ Al Azhar Yogyakarta, kepada pengurus Forum Komunikasi Tunanetra Kalasan.

Alquran istimewa ini merupakan amanah dari program Wakaf ESQ dan Wakaf Al Azhar, yang secara khusus disalurkan melalui LAZ Al Azhar Yogyakarta. Penyaluran ini menjadi bentuk kepedulian sekaligus penguatan spiritual bagi para penyandang tunanetra, agar tetap dapat merasakan kedekatan dengan firman Allah meski tanpa penglihatan.

Meski acaranya sederhana, penyerahan dua mushaf Alquran Braille ini menjadi momen yang begitu menggetarkan hati. Bukan karena nilainya secara materi, tetapi karena nilainya secara ruhani. Di tangan para sahabat tunanetra, Alquran Braille bukan sekadar kitab, tetapi cahaya yang dapat mereka rasakan, pelajari, dan hafalkan melalui ujung-ujung jari mereka.

“Kami berharap Alquran Braille ini bisa menjadi alat untuk memperkuat semangat belajar para anggota forum, untuk terus dekat dengan Alquran meski tanpa penglihatan,” ujar Sujarwo Putra.


Bagi para penyandang tunanetra, akses terhadap literatur keislaman masih sangat terbatas. Alquran Braille adalah barang langka yang sangat dibutuhkan, namun sulit dijangkau karena keterbatasan jumlah dan tingginya biaya produksi. Bahkan untuk satu mushaf lengkap Alquran Braille, bisa terdiri dari 30 jilid terpisah, karena tebal dan kompleksnya sistem Braille.

Maka tak heran, kehadiran dua paket ini begitu bermakna. Para anggota forum yang hadir tampak memegangnya dengan hati-hati, menyentuh permukaan halus kertas bertuliskan huruf timbul Braille—seolah sedang memeluk ayat demi ayat dari langit.

“Banyak dari kami yang sangat ingin belajar dan menghafal Alquran, tetapi tidak punya mushaf sendiri. Ini seperti hadiah dari Allah,” ungkap salah satu anggota forum dengan suara bergetar.


Masjid Ar Rahmah menjadi tempat berkumpul para anggota Forum Komunikasi Tunanetra untuk saling berbagi semangat, belajar bersama, dan menguatkan satu sama lain. Dengan adanya Alquran Braille, harapannya masjid ini dapat menjadi pusat kajian rutin dan halaqah khusus difabel netra yang lebih aktif dan produktif.

Baca Juga  Edufair AYWS 2025, Membuka Jalan Masa Depan Pelajar DIY

Di sisi lain, kehadiran LAZ Al Azhar Yogyakarta bukan hanya sebagai penyalur bantuan, tetapi juga mitra pemberdaya. LAZ Al Azhar, selama ini dikenal aktif dalam mendampingi kelompok marginal dan dhuafa, kini memperluas pelayanannya kepada kalangan disabilitas, sebagai bentuk dakwah yang inklusif.

Sujarwo menambahkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak demi menyediakan kebutuhan dasar dan spiritual bagi kelompok disabilitas. “Kami sadar betul, kelompok difabel bukan objek bantuan, tetapi subjek yang perlu diberdayakan. InsyaAllah ke depan, kami siap menyalurkan lebih banyak lagi Alquran Braille dan program pendukung lainnya,” ucapnya.

Langkah ini pun sejalan dengan semangat Wakaf ESQ yang sejak awal konsisten mengangkat nilai spiritual, pendidikan, dan pengembangan diri. Dengan menyasar kelompok rentan seperti tunanetra, misi wakaf ini terasa semakin kuat: menghadirkan keadilan akses terhadap Kalamullah, tanpa melihat batasan fisik.

Bagi Forum Komunikasi Tunanetra Kalasan, bantuan ini hanyalah awal dari gerakan lebih besar. Para anggotanya bertekad menjadikan Alquran Braille sebagai teman harian, bukan hanya dibaca saat senggang, tetapi sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka. (Chaidir)