Pagi, 16 Februari, merupakan hari yang cerah bagi santri Al Azhar Yogyakarta Boarding School kususnya kelas 8 putra. Pada hari itu memang mereka telah menyusun agenda yang sarat makna dan nilai-nilai kebersamaan. Sedikitnya 18 santri dengan 3 guru pendamping sejak bedug subuh telah bersiap untuk meluncur ke Pondok Ainul Yakin, Tepus, Gunung Kidul-Yogyakarta. Ya, mereka hendak berbagi dengan sesame saudara muslim yang belum beruntung melalui sebuah program bakti social atau Baksos. Agenda tersebut diinisiasi dan berawal dari diskusi anatara para pembimbing dengan wali santri.
Pondok Ainul Yakin yang didirikan oleh Abi guru Muhidin Isma Almatin, lebih berfokus pada pembinaan dan Pendidikan anak anak difabel. Lebih jauh ke depan, cita-cita sang pendidiri adalah melahirkan perkampungan dengan kekususan bagi saudara-sauadara kita yang berkebutuhan kusus. Gagasan ini mulai menggerakkan hati beliau, utamanya saat menyaksikan masyarakat yang belum semua menerima mereka yang dikaruniai difabelitas oleh Yang Maha Kuasa.
Namun tidak semua santri di pondok Ainul Yakin adalah santri berkebutuhan khusus, sebagian santri ada yang normal, mayoritas santri normal adalah penduduk sekitar daerah Tepus dan Gunung Kidul. Ada juga santri yang bukan dari keduanya, yaitu santri yang “bermasalah” diantaranya adalah santri dengan gangguan psikologis misal kecanduan game, santri yang pernah menjadi pelaku klitih dan lain sebagainya.
Ustadz Deany J Putra, S.Th.I menyampaikan, bahwasanya agenda tersebut menjadi salah satu tindakan preventif terhadap potensi perilaku menyimpang pada diri remaja yang bisa muncul kapan saja seiring dengan perkembangan dunia revolusi industry 4.0. Berawal dari kekhawatiran tersebut, para pembimbing ingin memberikan semacam shock terapy dengan cara memperlihatkan; bahwa mereka harus bersyukur atas apa yang diberikan kepada mereka berupa kesehatan jasmani dan rohani. Sementara masih ada saudara-saudara yang keadaannya tidak diberikan “kelebihan” sebagaimana mereka yang mengenyam pendidikan modern di Al Azhar Yogyakarta. Selain itu santri Al Azhar juga mendapatkan pembekalan tentang kesipilinan dari para Asatidzah Pondok Ainul Yakin, utamanya disiplin dalam pemanfaatan gadget agar tepat manfaat.
Sesampainya di lokasi, santri Al azhar diberikan hidangan suasana yang asri dengan hawa sejuk yang menjadikan aura khas pondok tradisional semakin kerasa, kemudian disambut dengan ustadzah Fatmawati anak-anak diajak mengelilingi pondok untuk melihat kegiatan santri dan keadaan pondok langsung. Di tengah perjalanan, santri Al Azhar sempat berkenalan dengan santri yang sempat kecanduan game, ketika diminta oleh ustadzah untuk memperkenalkan diri di depan santri santri Al Azhar, santri tersebut berbicara tanpa arah, hal tersebut menjadikan mereka tertegun karena mereka melihat langsung efek dari bahaya terlalu sering bermain game
Sampai di Aula, santri Al Azhar melihat kegiatan belajar bersama pembimbing, bagaimana susahnya pembimbing mengatur anak-anak dengan gangguan psikologis. Ustadzah Fatma kemudian meminta kepada ustadz disana untuk meminta salah satu anak yang sedang ikut kegiatan untuk datang, anak yang bernama Saka tersebut diminta memperkenalkan diri, tetapi ada hal yang membuatnya istimewa, ketika ditanya apakah Saka laki laki atau perempuan jawabnya “perempuan”. Apakah ayah Saka laki laki atau perempuan jawabnya “perempuan. Apakah ikan berenang atau berjalan jawabnya “berjalan” hal ini membuat beberapa anak anak heran dan sedikit lucu melihatnya tapi hal yang membuat mereka lebih heran sekaligus takjub adalah ketika diminta untuk menghafal surat surat di Quran, Saka bisa menghafalkannya. Kejadian tersebut sangat membekas dan berkesan dalam hati anak anak, itu terlihat dari raut muka santri santri Al Azhar
Anak anak kemudian berkumpul di Aula yang berlokasi di bawah batu karang dengan bentuk dibuat menyerupai gua, disitu Abi guru Isma menyampaikan nasehat dan motivasi untuk anak anak bagaimana menghadapi zaman sekarang terkait kecanduan gadget dan pentingnya berdispilin untuk bisa menjadi pribadi yang baik. Beliau menambahkan bahwa penyakit zaman sekarang ada 2, yaitu si Muna dan si Malas. Muna artinya munafik yaitu berbohong ketika bicara, ingkar ketika janji dan berkhianat apabila diberikan amanat, sedangkan malas yaitu sifat malas atau menjadi pemalas, dua penyakit ini yang banyak sekali menjangkiti anak anak zaman sekarang.
Di penhujung nasehatnya abi Isma memberikan obat untuk dua penyakit zaman sekarang dengan dibarengi penampilan hadrah yang membawakan lagi tombo ati dengan nada “al I’tifarf”. Inti dari lagu tersebut adalah membaca AlQuran dengan maknanya, memperbanyak sholat malam, berkumpul dengan orang orang sholeh, berpuasa sunnah, berdzikir di waktu petang.
Akhir dari rentetan acara di pondok Ainul Yakin Tepus adalah foto bersama dan pemberian bantuan berupa kebutuhan harian dan sejumlah uang yang diserahkan oleh pembimbing dari Al Azhar Boarding School Yogyakarta kepada Abi guru Isma. Anak anak kemudian bersalaman dan melanjutkan perjalanan.