Beda Era, Beda Cara: Tips Menjadi Orang Tua Terbaik untuk Gen Alpha

SLEMAN – Di tengah arus zaman yang kian dinamis dan penuh tantangan, menjadi orang tua bukan lagi semata-mata soal naluri. Kini, dibutuhkan pemahaman yang lebih luas, kesadaran emosional yang mendalam, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan. Itulah yang menjadi benang merah dalam sebuah diskusi pagi yang hangat dan penuh semangat, pada Rabu (23 April 2025) di Auditorium Al Hafidh Kampus 1 Al Azhar Yogyakarta Wolrd Schools (AYWS).

Hari itu, auditorium menjadi ruang belajar yang intim dan menggugah hati. Jamiyyah SDIA 31 Yogyakarta bekerja sama dengan Tim Bimbingan Konseling sekolah, menggelar Seminar Parenting bertajuk “Menjadi Orang Tua Terbaik dalam Mendampingi Gen Alpha: Beda Era. Beda Cara.”. Tema ini mengajak para orang tua untuk menyelami kembali peran mereka, bukan hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pelita kasih dalam keluarga.

Yang hadir sebagai pembicara adalah sosok inspiratif yang tak asing di dunia psikologi dan parenting—Bunda Shinta MSi MA, yang akrab disapa Bunda Cinta. Tuturnya lembut, wajahnya teduh, dan setiap katanya mengalir dengan empati. Di hadapan para orang tua yang duduk berbaris rapi, ia menyampaikan satu pesan utama yakni “Kunci utama dalam mendidik anak adalah cinta.”

“Tak ada orang tua yang tidak mencintai anaknya,” ucapnya tegas. “Namun, seringkali rasa cinta itu tidak pernah benar-benar disampaikan.”

Kalimat itu menggema di ruang hati. Suasana berubah hening, hanya terdengar isak pelan dari beberapa sudut aula saat para orang tua diminta menyebutkan satu hal istimewa dari anak mereka. Pertanyaan yang terdengar sederhana, namun membuka gerbang kesadaran yang dalam—betapa sering cinta hadir namun tak diungkapkan.

Bunda Cinta kemudian mengajak peserta untuk memahami karakter unik dari Generasi Alpha, generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi, visual yang deras, dan informasi yang terus mengalir. Ia menegaskan bahwa anak-anak saat ini tidak bisa diperlakukan dengan pendekatan masa lalu. Ia mengingatkan bahwa rumah adalah benteng pertama, tempat teraman sekaligus sekolah kehidupan yang pertama bagi seorang anak. Anak yang kuat, tumbuh dari rumah yang hangat.

Baca Juga  123 Stand Ramaikan Market Day Moslempreneur SD Islam Al Azhar 31 Yogyakarta

Acara terasa begitu hidup dengan kehadiran para wali murid yang antusias. Ada tawa dan senyum, semuanya hadir dalam ruang refleksi bersama. Tak hanya seminar, kegiatan ini juga diselingi dengan penampilan memukau dari para siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler biola dan tari. Alunan biola dan gerakan tari yang anggun menjadi simbol nyata bahwa ketika anak-anak mendapat cinta dan dukungan dari rumah, mereka mampu melangkah dengan percaya diri dan bersinar.

Menutup sesi, Bunda Cinta kembali menyemangati para orang tua yang hadir. “Tidak ada orang tua yang langsung mahir saat anak lahir,” tuturnya. “Semua butuh proses belajar. Dan proses itu hanya bisa dijalani oleh orang tua yang berbahagia.”

Tepuk tangan membahana di aula, mengiringi pesan hangat yang menyentuh. Seminar itu bukan hanya memperkaya ilmu, tapi juga menjadi pengingat yaitu bahwa cinta tak cukup hanya dipendam. Ia harus disampaikan—lewat waktu, lewat kata-kata, dan lewat kehadiran yang nyata.

Di tengah derasnya perubahan zaman, SDIA 31 Yogyakarta telah membuka ruang—agar setiap orang tua bisa terus belajar, dan tetap menjadi cahaya yang menuntun anak-anak mereka. Dengan cinta. Dengan harapan. Dengan sepenuh hati. (Difa Fatwa)