WONOSARI — Kehadiran Victoria Faust
atau Ms Vicky, dosen asal Northern Illinois University (NIU) Amerika, menghadirkan suasana istimewa di SD Islam Al Azhar 59 Wonosari, Rabu (5/11/2025). Dengan gaun indah dan jilbabnya yang anggun, sosoknya memancarkan kehangatan sekaligus keteguhan nilai budaya dan religiusitas.
Penampilannya yang elegan namun sederhana menjadi perhatian para murid sejak langkah pertamanya memasuki ruang kelas 6 Buya Hamka. Kunjungan Ms Vicky merupakan bagian dari program kolaborasi internasional antara NIU dan Al Azhar Yogyakarta World Schools (AYWS).
Dalam program ini, Ms Vicky akan berinteraksi dan belajar bersama murid-murid SD Islam Al Azhar 59 Wonosari selama 12 kali pertemuan dengan berbagai kegiatan interaktif dan menyenangkan. Program ini dirancang untuk memperluas wawasan internasional murid sekaligus memperkuat kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka.
Di hadapan para murid, Ms Vicky memperkenalkan konsep “global culture” dan “global perspective” dengan gaya tutur yang ramah dan ekspresif. Ia mengajak murid-murid memahami pentingnya menghargai perbedaan budaya, tetap menjaga jati diri sebagai warga negara Indonesia, serta membangun empati dan simpati terhadap keragaman dunia.
Suasana kelas terasa hidup ketika sesi tanya jawab dibuka — para murid antusias bertanya dalam bahasa Inggris dengan penuh percaya diri.
Kepala Satuan Pendidikan SD Islam Al Azhar 59 Wonosari, Danar Kusuma MPd, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran Ms Vicky. “Kami sangat senang bisa menghadirkan pembelajaran internasional langsung di lingkungan sekolah. Interaksi dengan native speaker seperti Ms. Vicky diharapkan dapat membuka wawasan global murid sekaligus menumbuhkan kepercayaan diri mereka dalam berbahasa Inggris,” ujarnya penuh semangat.
Kegiatan ini sejalan dengan semangat besar Al Azhar Yogyakarta World Schools yang berkomitmen melahirkan generasi berakhlak, berprestasi, dan berwawasan dunia. Melalui sosok inspiratif seperti Ms Vicky — yang memadukan kecerdasan global dan keanggunan nilai — para murid belajar bahwa menjadi warga dunia tidak berarti meninggalkan jati diri, tetapi justru membawanya dengan bangga ke panggung internasional. (Meyta)
