BANTUL – Rasa haru dan senyum bangga mewarnai Ballroom Grand Rohan Hotel Yogyakarta, Kamis (29/5/2025). Sebanyak 56 siswa Sekolah Dasar Islam Al Azhar (SDIA) 38 Bantul diwisuda dalam Haflah Hifdzil Qur’an Duf’ah 8 untuk Juz 29 dan 30. Acara tahunan ini bukan sekadar seremoni, melainkan perayaan iman, ketekunan, dan bukti nyata cinta anak-anak kepada Alquran.
Dari jumlah tersebut, 22 peserta berasal dari kelas 1–5, dan 34 peserta dari kelas 6. Usia muda tak menjadi penghalang untuk mencintai dan menghafal Kalamullah. Sosok seperti Zahwa Hanum Salamah, siswa kelas 2 Ibnu Sina, menjadi simbol semangat itu. Di usianya yang baru menginjak delapan tahun, ia telah hafal Juz 30 dan 29 dan dinobatkan sebagai peserta termuda dengan predikat Mumtaz.
Sementara itu, Utari Cahya Anjani, dari kelas 4 Buya Hamka, dan Muhammad Yusfaraza Azala Arindha, siswa kelas 3, masing-masing terpilih sebagai peserta terbaik untuk hafalan Juz 30. Prestasi yang tidak hanya membanggakan keluarga dan sekolah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi sebayanya.
Mewujudkan Visi Sekolah Lewat Alquran
Kepala Satuan Pendidikan SDIA 38 Bantul, Muhammad Saiful Bahri, dalam sambutannya menekankan bahwa Hifdzil Qur’an adalah pondasi penting dalam visi dan misi sekolah. “Ini bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengamalkan Alquran,” ujar Saiful dengan nada penuh makna.
Ia menyampaikan bahwa para siswa tahfidz telah mengukir sejarah indah dalam hidup mereka. “Sekolah memberikan apresiasi setinggi-tingginya, khususnya kepada Zahwa Hanum Salamah, yang menunjukkan bakat luar biasa. Di usianya yang masih belia, ia mampu menghafal dua juz dengan nilai Mumtaz,” tambahnya dengan bangga.
Pesan Saiful kepada seluruh siswa sederhana namun mendalam: “Jadikan Alquran sebagai pedoman hidup. Belajar darinya, ajarkan, dan amalkan. Semoga keberkahannya senantiasa menerangi langkah kalian.”
Menanam Benih Pemimpin Qurani
Turut hadir dalam acara, Wakil Ketua Bidang Keagamaan BPPH Al Azhar Yogyakarta, Dr Yogi E Ginanjar, memberikan pesan spiritual yang membekas di hati. Ia berharap para siswa bisa tumbuh menjadi pemimpin Qurani yang memiliki akhlak mulia dan keimanan yang kokoh. “Negeri ini akan dipenuhi keberkahan jika Alquran menjadi nafas hidup generasi mudanya,” tuturnya.
Dr Yogi juga mengingatkan bahwa menghafal Alquran bukanlah perkara sulit, tetapi menjaga hafalan adalah tantangan sejati. Oleh karena itu, ia mengapresiasi guru, sekolah, serta orang tua yang telah menjadi tonggak keberhasilan anak-anak.
Mengutip sabda Rasulullah SAW, ia menyampaikan, “Barangsiapa membaca Alquran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka akan dipakaikan kepadanya sebuah mahkota yang terbuat dari cahaya… disebabkan anakmu berpegang dengan Alquran.”
Acara ini bukan hanya tentang hafalan, melainkan tentang spiritualitas, keteladanan, dan cita-cita besar. Anak-anak yang menghafal Alquran adalah lentera masa depan. Dengan tangan-tangan kecil dan hati yang jernih, mereka menggenggam Kalamullah, membawa harapan bahwa masa depan bangsa akan berada di pundak generasi yang mencintai Kitab Suci mereka. (Chaidir)